Sabtu, 07 April 2018

PERKEMBANGAN SOSIAL


PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA BAYI, AWAL MASA KANAK-KANAK, AKHIR MASA KANAK-KANAK, MASA REMAJA, MASA DEWASA DINI, USIA MADYA DAN USIA LANJUT




oleh
Text Box: Nurlita Aldania Rizki  (160211600114)
Prita Intan Sari  (160211600125)
Rika Andriani   (160211600132)
Rizkiatul Nur Indah Sari (160211601806)
Rosita Agus Trisnawati (160211601850)
Tangguh Murdaning Rat (160211600123)

 











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
November 2017


TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL

Menurut Hurlock (1997:250) perkembangan sosial berarti “Perolehan kemampuan  berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu  bermasyarakat  (sozialized) memerlukan tiga proses. Di antaranya adalah belajar  berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan sifat sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri  terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama (Susanto, 2012:40).
1.      Perkembangan Perilaku Sosial pada Masa Bayi
Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat bayi dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang mengurus kebutuhan fisiknya, nyatanya bayi bisa ditenangkan baik oleh botol air panas, bantal yang empuk, maupun oleh belaian-belaian manusia. Tetapi sekitar usia enam bulan timbul senyum sebagai reaksi terhadap rangsang perabaan yang dikenakan pada bibir yang menimbulkan refleks senyum dan ini dianggap sebagai permulaan dan sosialisasi. Pola reaksi sosial kepada dewasa berbeda dengan reaksi sosial kepada bayi-bayi lain, reaksi sosial pertama ditujukan kepada orang dewasa, sedangakn reaksi sosial kepada bayi-bayi lain timbul kemudian (Hurlock, 1997:86).
Selama tahun pertama masa bayi, bayi dalam keadaan seimbang yang membuat ia ramah, mudah dirawat dan menyenangkan. Sekitar pertengahan tahun kedua, keseimbangan berubah menjadi ketidakseimbangan sehingga bayi menjadi rewel, tidak kooperatif dan sulit dihadapi. Sebelum masa bayi berakhir keseimbangan kembali lagi dan bayi kembali memperlihatkan perilaku yang menyenangkan dan perilaku sosial.
a.       Reaksi Perkembangan Sosial Bayi Kepada Orang Dewasa
1.      Dua sampai tiga bulan
Bayi dapat membedakan manusia dan benda mati dan bayi tahu bahwa manusialah yang memenuhi kebutuhannya. Bayi puas bila berada bersama manusia dan tidak senang kalau ditinggal sendiri. Pada usia ini bayi tidak menunjukkan rasa lebih menyukai satu orang tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain.
2.      Empat sampai lima bulan
Bayi ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya. Ia memberikan reaksi yang berbeda, kepada wajah-wajaah yang tersenyum, suara-suara yang ramah, dan suara-suara yang menunjukkan amarah.
3.      Enam sampai tujuh bulan
Bayi membedakan “teman” dan “orang asing” dengan tersenyum pada yang pertama dan memperlihatkan ketakutan akan kehadiran pada yang terakhir. Ini merupakan awal dari “masa terikat” yaitu masa di mana bayi menunjukkan keterikatan yang kuat kepada ibunya atau ibu pengganti dan berkurangnya keramahtamahan.
4.      Delapan sampai sembilan bulan
Bayi mencoba meniru kata-kata, isyarat dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain.
5.      Dua belas bulan
Bayi bereaksi terhadap larangan “jangan-jangan”
6.      Enam belas sampai delapan belas bulan
Negativisme, dalam bentuk keras kepala tidak mau mengikuti permintaan atau perintah dari orang dewasa ditunjukkan dengan perilaku menarik diri atau ledakan amarah.
7.      Dua puluh dua sampai dua empat bulan
Bayi bekerja sama dalam sejumlah kegiatan rutin seperti berpakaian, makan,dan mandi.

b.      Reaksi Perkembangan Sosial Bayi Kepada Bayi-Bayi Lain
1.      Empat sampai lima bulan
Bayi mencoba menarik perhatian bayi atau anak lain dengan melambungkan badan ke atas dan ke bawah, menendang, tertawa atau bermain dengan ludah.
2.      Enam sampai tujuh bulan
Bayi tersenyum kepada bayi lain dan menunjukkan minat terhadap tangisannya.
3.      Sembilan sampai tiga belas bulan
Bayi mencoba meremasi pakaian dan rambut bayi-bayi lain, meniru perilaku dan suara mereka dan bekerja sama dalam menggunakan mainan meskipun ia cenderung bingung bila bayi lain mengambil salah satu mainannya.
4.      Tiga belas sampai delapan belas bulan
Berebut mainan sekarang berkurang dan bayi lebih bekerja sama dalam bermain dan mau berbagi rasa.
5.      Delapan belas sampai dua puluh empat bulan
Bayi lebih berminat dengan bayi lain dan menggunakan bahan-bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial dengannya.
c.       Awal Tumbuhnya Minat Dalam Bermain
Terdapat ciri-ciri bermain tertentu yang khusus dalam masa bayi yang berbeda dari permainan anak muda belia dan pasti berbeda dengan ciri-ciri bermain anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Dalam permainan bayi tidak terdapat aturan-aturan.
Sepanjang masa bayi permainan lebih merupakan bentuk permainan sendiri dan tidak bersifat sosial. Bahkan ketika bermain dengan ibu menurut Stone, bayi “seringkali sebagai pemainnya, sedangkan ibu adalah pemainnya. Pada waktunya, ibu dan anak berganti-ganti menjadi pemain dan objek”. Kalau bayi berada dengan bayi lain atau anak lain hanya sedikit terjadi interaksi atau kerja sama. Yang terjadi adalah “permainan monoton”, yaitu bayi melihat apa yang dilakukan oleh orang lain. Kalaupun terjadi interaksi, terutama berupa perilaku merebut atau merampas mainan bayi lain. Jarang atau bahkan tidak ada perilaku sosial memberi dan menerima.
d.      Nilai Bermain dalam Masa Bayi
Kemampuan untuk menyenangkan diri sendiri dan menolong diri sendiri, belajar dalam hubungannya dengan bermain dibawa terus kebidang-bidang lain ketika anak bertambah besar. Kepercayaan diri yang timbul karena dapat mandiri membantu anak untuk mengatasi berbagai masalah yang harus dihadapi kelak.
Bermain juga mendorong kreativitas. Meskipun kreativitas masih dalam bentuknya yang sederhana dalam masa bayi, tetapi kepuasan yang diperoleh individu dari kesempatan dan dorongan untuk melakukan apa-apa secara kreatif dapat memberikan rangsangan bagi kreativitasnya lebih lanjut pada saat anak keluar dari lingkungan masa bayi yang terbatas dan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu secara orisinal.
Meskipun banyak permainan dalam masa bayi yang bersifat menyendiri, beberapa diantaranya dimainakan bersama orang lain terutana anggota keluarga. Belajar bermain dengan orang lain mendorong bayi bekerja sama dan tidak mementingkan dirinya sendiri, hal ini penting bagi hubungan sosial yang baik apabila masa bayi menjelang berakhir. Sebagaimana halnya dengan dasar-dasar lain, kalau dasar bekerja sama secara baik diberikan dalam masa baik, maka penyesuaian diri pada tuntutan masa kanak-kanak akan lebih mudah dihadapi.

2.      Perkembangan Sosial pada Awal Masa Kanak-Kanak
Menurut Somantri (2006:42) salah satu ciri berkembangnya aktivitas sosial pada masa kanak kanak awal ini ditandai dengan adanya hubungan atau kontak sosial baik dengan keluarga maupun dengan orang-orang di luar keluarganya terutama dengan anak-anak seusianya. Mulai belajar untukn menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan teman-temannya          
Hurlock (1997:117) salah satu tugas perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota “kelompok” dalam akhir masa kanak-kanak. Jadi masa awal kanak-kanak sering disebut sebagai masa prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih popular daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada periode ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis dsripada hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.

a.      Pola Sosialisasi Awal
Antara usia 2 dan 3 tahun, anak menunjukan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal sebagai bermain sejajar. Yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak yang lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman sebaya.
Perkembangan berikutnya adalah bermain asosiatif, dimana anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan meningkatnya kontak sosial, anak terlibat dalam bermain kooperatif , dimana ia menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.
Sekalipun anak sudah mulai bermain dengan anak lain, ia masih sering berperan sebagai penonton, mengamati anak lain bermain tetapi tidak berusaha benar-benar bermain dengannya. Dari pengalaman mengamati ini, anak muda belia belajar bagaimana anak lain mengadakan kontak sosial dan bagaimana perilakunya dalam pelbagai situasi sosial.
b.      Pola Perilaku Sosial dan Tidak Sosial
1.      Pola Sosial
·         Meniru
Agar sama dengan kelompok anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi
·         Persaingan
Keinginan untuk mengungguli dan mengalihkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak-anak di luar rumah.
·         Kerja Sama
Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan berkelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung bersamaan dengan meningkatnya kesematan untuk bermain dengan anak lain.
·         Simpati
Karena simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain meka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain semakin cepat simpati akan berkembang.
·         Empati
Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
·         Di lingkungan sosial
Menjelang berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan dari teman-teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa  perilaku nakal dan mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
·         Membagi
Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya (terutama mainan) untuk orang lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati. Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan yag hangat, erat, dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang di luar rumah seperti guru, atau benda benda mati kegemarannya, atau bahkan selimut. Benda benda ini disebut objek kesayangan.
2.      Pola tidak social
·         Negativisme
Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa mencapai puncaknya antara usia tiga dan empat tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi perlawanan verbal. Dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan orang dewasa.
·         Agresif
Perilaku ini meningkat antara usia 2 dan 4 tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai berganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki maki atau menyalahkan orang lain.
·         Perilaku berkuasa
Perilaku berkuasa atau merajai mulai sekitar usia 3 tahun dan semakin meningkt dengan bertambah banyaknya untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih meraja daripada anak laki-laki.
·         Memikirkan diri sendiri
Karena cakrawala sosial anak terutama terbatas di rumah, maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit.
·         Mementingkan diri sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri sendiri lambat laun diganti oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain. Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di luar rumah, dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
·         Merusak
Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda disekitarnya. Tidak peduli miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat amarahnya semakin luas tindakan merusaknya.
·         Pertentangan Seks
Sampai 4 tahun anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan baik. Setelah SD anak laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain yang dianggap sebagai “banci”. Banyak anak laki-laki yang berperilaku agrasif yang melawan anak perempuan.
·         Prasangka
Sebagian besar anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras yang sama tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak anak ras lain. Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks.
c.       Bentuk perilaku awal dalam pelbagai situasi social
Bentuk perilaku sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini. dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak bentuk penyesuaian sosial ini belum sedemikian berkembang sehingga belum memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman-temannya. Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis karena pada masa inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk. Dalam penelitian longitudinal terhadap sejumlah anak, Waldroo dan Halverson melaporkan bahwa anak yang pada usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara sosial akan terus bersikap seperti itu sampai usia 7,5 tahun. Mereke menyimpulkan bahwa sikap sosial pada 7,5 tahun diramalkan oleh sikap sosial pada 2,5 tahun.



3.      Perkembangan Sosial pada Akhir Masa kanak-kanak
a.      Pengelompokan Sosial Dan Perilaku Sosial Pada Masa Akhir Kanak-Kanak
Menurut Hurlock (1997:155) akhir masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa “usia berkelompok” karena ditandai dengan minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak dengan teman-temanya. Dua ataupun tiga teman tidak cukup baginya, anak ingin bersama kelompoknya karena dengan demikian cukuplah teman bermain dan berolahraga dan dapat memberikan kegembiraan.
Ciri-Ciri Geng Anak-Anak:
1.      Geng anak-anak merupakan kelompok bermain
2.      Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak
3.      Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama
4.      Pada mulanya geng terdiri dari tiga sampai empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat sesuai dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga
5.      Kegiatan geng yang popular meliputipermainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
6.      Geng biasanya mempunyai tempat pertemuan yang jauh dari pengawasan orang dewasa
7.      Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama
8.      Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota yang lain.
Efek Dari Keanggotaan Kelompok
keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik terhadap anak-anak, yang dapat mengganggu prosess sosialisasi.
1.         Menjadi anggota geng sering kali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua. Dengan demikian pengaruhnya anggota geng terhadap orang tua anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gengnya daripadfa dengan keluarga. Sehingga anak tidak melaksanakan tugas tugas rumah dan tanggung jawabnya terhadap keluarga.
2.         Permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan makin meluas. Meskipun geng anak-anak biasanya terdiri dari anak-anak sejenis beberapa anak lebih menyukai seorang lawan jenis sebagai temandan mengganggap permainan dari lawan jenis lebih menyenangkan. Tetapi  kadang pula takut  kalau-kalau sikapsikap yang tidak menyenangkan timbul dari anggota kelompoknya.
3.         Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.pada mulanya prasangka tidak berbentuk diskriminasi  dan penolakan terhadap anak yang berbeda. Tetapi cenderung menyukai anak-anak yang sama dengan diriny. Juga diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial dan selanjutnya pada saat anak menjelang masa puber berdasarkan pada perbedaan agama dan sosial ekonomi
4.         Cara anak memperlakukan anak-anak yang bukan anggotanya, sekali anak telah membentuk geng mereka seringkali bersikap kejam terhadap anak–anak yang bukan geng mereka. Banyak rahasia yang disekitar geng dimasukkan untyuk menjauhkan anak yang tidak disenangi. Biasanya kecenderungan untuk kejam dan tidak berperasaan terhadap orang lain mencapai puncaknya ketika berumur 11 tahun.
b.      Teman Pada Masa Akhir Kanak-Kanak
Salah satu ciri berkembangnya aktivitas sosial pada masa kanak-kanak menurut Somantri (2006:42) awal ini ditandai dengan adanya hubungan atau kontak sosial baik dengan keluarga maupun dengan orang-orang di luar keluarganya terutama dengan anak-anak seusianya. Mulai belajar untukn menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan teman-temannya   
Anak laki-laki cenderung  mempunyai hubungan teman sebaya yang lebih luas daripada anak perempuan.ia lebih suka bermain berkelompok daripada bermain satu atau dua anak. Sebaliknya , hubungan sosial hubungan anak perempuan lebih intensif dalam arti bahwa ia lebih sering bermain dengan satu atau dua daripada dengan seluruh kelompok (Hurlock 1997:165)
Banyak factor yang menentukan pemilihan teman. Biasanya yang dipilih adalah yang dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan. Karena daya tarik fisik mempengaruhi kesan pertama, anak cenderung memilih mereka  yang berpenampilan menarik menjdi teman bermain dan sebagai teman baik.
Sifat-sifat kepribadian penting dalam memilih teman, apakah sebagai teman bermain ataupun sebagai teman baik.  Anak yang lebih besar member nilai tinggi pada gegembiraan, keramahan, kerjasama, kebaikan hati, kejujuran, dll. Menjelang masa kanak-kanak berakhir, anak lebih menyukai teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras, dan agama yang sama, khususnya sebagai teman baik.
1.      Perlakuan Teman
Perlakuan yang kurang baik tidak hanya ditujukan kepada anak yang bukan anggota kelompok. Didalam kelompok juga sering terjadi perkelahian, dan saling tidak berbicara antar anggotanya. Banyak perkelahian yang berakhir dengan persahabatan kembali, tetapi ada juga yang tak terselesaikan.
Pola yang sama juga terdapat  dalam persahabatan anak-anak, sehingga sifat persahabatan jarang yang tetap. Bisa juga terjadi peralihan dari teman akrab menjadi musush, dan dari kenalan bisa menjadi sahabat. Hal ini sering kali bersifat cepat dan tanpa alas an.alasan yang sering membuat anak berganti teman adalah pertengkaran, kesukaan memerintah, ketidak setiaan, kecurangan, kesombongan dan ketidak cocokan. Namun, semakin anak bertambah usia maka persahabatan menjadi lebih setabil.
2.      Status Sosiometris
Adalah status yang mereka senangi  pada kelompok sosial, tetapi juga status sosiometris dari teman-teman sebayanya. Mereka mengerti bahwa beberapa teman diterima dan disukai oleh teman-teman yang lain, sedangkan  beberapa  orang lagi hanya sekadarnya saja, dan beberapa lagi ditolak atau dengan sendirinya mengundurkan diri dari kelompok.
Tingkat penerimaan yang digemari anak  dipengaruhi oleh metode pelatihan anak-anak yang digunakan oleh orang tua. Anak dari keluarga yang demokratis lebih disukai daripada anak dari didikan otoriter dan/atau lunak. Anak yang menarik pada umumnya lebih diterima daripada anak yang kurang menarik, alasanya adalah banyak orang lebih cenderung menghubungkan  banyaknya sifat yang baik  dan sedikitnya sifat anti sosial  kepada anak yang menarik daripada anak yang kurang menarik.
Keterampilan dan kompetensi sosial juga mempengaruhi status sesiometris  anak. Anak yang popular  lebih pandai mencari teman. Anak-anak yang dilatih  dalam keterampilan  menjalin persahabatan menunjukkkan bahwa kemajuan yang dicapai oleh kelompok yang dilatih lebih menonjol  dibandingkan kelompok yang tidak dilatih.
Sekali status sesiometris dalam kelompok terbentuk, maka hal ini cenderung tetap. Di kelas lima atau enam kemungkinan untuk  untuk merubah status sosiometris seseorang dalam kelompok yang sama semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama anak telah berbuat perilaku tertentu , dan sekali kebiasaan ini telah terbentuk, maka akan cenderung menetap. Kedua, anak memperoleh reputasi dan mempengaruhi peilaian teman-teman terhadap dirinya. Ketika anak dikenal tidak sportif atau kurang matang, reputasi ini tidak hanya tersebar antar anggota kelompok, tetapi  juga cenderung menetap sekalipun ai telah merubah perilakunya.
c.       Pemimpin Pada Akhir Masa Kanak-Kanak
Pada kelompok ia tidak hanya  disukai sebagian besar kelompoknya, tetapi juga memiliki cirri-ciri yang dikagumi. Namun, keterampilan saja tidaklah cukup. Anak yang berperan sebagai pemimpin juga harus mempunyai sifat sportif, kerjasama yang baik, murah hati, dan jujur.
Bila peran pemimpin tadak memenuhi kebutuhan anak atau kebutuhan anggota maka terjadi pergantian pemimpin, dilain pihak ketika pemimpin memuaskan anggota kelompok dan diri sendiri maka pemimpin akan tetap bertahan.

4.      Perkembangan Sosial pada Masa Remaja
            Menurut Hurlock (1997:213), salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikn diri dengan lawan jenis yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan lingkungan dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi tersebut, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru utamanya, adalah pada prihal penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. Berikut ini ialah penjelasan dari poin-poin tersebut:
1.      Kuatnya pengaruh Kelompok Sebaya
Dapat diketahui bahwa remaja lebih banyak berada di luar rumah bersma teman-teman sebaya sebagai kelompok. Oleh karena itu, pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. demikian pula jika anggota kelompok mencoba minuman beralkohol, obat-obatan terlarang atau rokok maka, remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibanya bagi dirinya sendiri. Horrocks dan Bennimof  dalam Hurlock menjelaskan pengaruh kelompok sebaya pada remaja sebagai berikut:
Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung dimana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya; di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin diihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yag ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Jadi dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan disitu pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan. Utama bagi anak-anak belasan tahun. Berdasarkan alasan tersebut kelihatanlah kepentingan vital masa remaja bagi remaja bahwa kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari teman-temanya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri bergantung.
Keremajaan itu selalu berjalan maju. Oleh karena itu, pengaruh kelompok sebaya itu akan mulai berkurang. Berikut adalah dua faktor yang mempengaruhinya:
a.       Sebagian besar remaja ingin menjadi individu yang berdiri di atas kaki sendiri dan ingin dikenal sebagai individu yang mandiri.
b.      Faktor pemilihan sahabat. Remaja tidak lagi berminat dalam berbagai kegiatan besar seperti pada waktu berada pada masa kanak-kanak. Para remaja memiliki kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman karena kegiatan sosial kurang berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat.
2.      Perubahan dalam Perilaku Sosial
Perubahan sikap dan perilaku sosial yang paling menonjol terjadi adalah di bidang hubungan heteroseksual. Dalam waktu singkat, remaja megadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya. Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas. Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial akan sewmakin membaik pada remaja yang lebih besar. Demikian pula semakin banyak paertisipasi sosial semakin besar kompetensi sosial remaja, seperti terlihat dalam kemampuan  berdansa,  dalam mengadakan pembicaraan, dalam olahraga, dalam permainan yang popular dan berperilaku baik dalam berbagai situasi sosial. Selain itu, bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja sanghat dipengaruhi oleh  lingkungan dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Remaja sebaigai kelompok, cenderung lebih “pemilih-milih” dalam memilih rekan dan teman-teman baik dibandingkan ketika masih kanak-kanak .
3.      Pengelompokan Sosial Baru
Geng pada masa kana-kanak berangsur-angsur bubar pada masa puberdan awal masa remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain yang melelahkan menjadi minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan kurang melelahkan. Maka terjadi pengelompokkan sosial baru. Pengelompokkan sosial anak laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan dengan pengelompokkan  anak perempuan yang kecil dan terumus secara lebih pasti. Berikut pengelompokkan sosial yag paling sering terjadi selama masa remaja:
a.       Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang kadang juga bertengkar.
b.      Kelompok Kecil
Kelompok ini biasanya n beberapa teman terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya meliputi kedua jenis seks
c.       Kelompok Besar
Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Kaena kelpmpok ini besar maka, penyesuaian minat berkurang diantara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar diantara mereka.
d.      Kelompok yang Terorganisir
Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun.
e.       Kelompok Geng
Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisir mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman9teman melalui perilaku antisosial.
Dengan berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan terhadap beberapa perubaha terhadap beberapa pengelompokkan sosial yakni sebagai berikut:
a.       Kelompok yang terorganisir yang kegiatannya direncanakan dan diawasi oleh orang dewasa, dengan cepat menurun karena remaja yang dewasa an merdeka tidak mau diperintah.
b.      Kelompok yang terlalu banyak anggota cenderung bubar pada akhir masa remaja dan digantikan dengan kelompok-kelompok kecil yang hubungannya tidak terlampau akrab. Hal ini terutama terdapat pada remaja yang bekerja setelah menyelesaikan sekolah menengah atas.
c.       Pengaruh dari kelompok geng cenderung meningkat selama masa remaja. Perilaku ini sering diungkapkan dengan perilaku pelanggaran yang dilakukan oleh anggota-anggota geng seperti diterangkan oleh friedman dan kawan-kawan dalam Hurlock (1997:215)
Kekuasaan mempengaruhi anggota-anggota geng jalanan hampir menuntut pengawasan mutlak dari kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan   sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka harus mengikuti keputusan geng atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat yang lebih parah.
4.      Nilai Baru dalam Memilih Teman
Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya entah di sekolah atau dilingkungan tetangga sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak, dan kegemaran pada kegiatan-kegiatan yang sama tidak lagi merupakan faktor penting dalam pemiliha teman. Remaja  menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru. Berikut ini data yang menunjukkan kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau ditolak:
a.       Sindroma Penerimaan
-          Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian sikap yang tenang dan gembira.
-          Reputasi sebagai seorang yang sportif menyenangkan.
-          Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
-          Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana dan sopan.
-          Matang terutama dalam hal pengendalia serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.
-          Suatu kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstraversi
-          Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
-          Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.
b.      Sistem Alienasi
-          Kesan pertama yang krang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri yang mementingkan diri-sendiri.
-          Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif.
-          Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapian.
-          Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerjasama, dan kurang bijaksana.
-          Kekurangan kematangan terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan.
-          Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri-sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah.
-          Status sosioekonomi berada di bawah status sosioekonomi kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
-          Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga atau karena bekerja sambilan.
Dalam suatu penelitian mengenai apa yang diinginkan remaja sebagai teman, Joseph menunjukkan bahwa sebagaian besar  remaja mengatakan bahwa mereka ingin “seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diandalkan”.
Para remaja juga tidak lagi hanya menaruh minat pada teman-teman sejenis. Minat pada lawan jenis bertambah besar selama masa remaja. Dengan demikian, pada akhir masa remaja sering kali para remaja lebih menyukai lawan jenis sebagai teman meskipun masih tetap melanjutkan persahabatan dengan beberapa teman sejenis.
Hal tersebut menimbulkan dua akibat yang mengganggu stabilitas persahabatan remaja yakni sebagai berikut:
a.    Karena kurangnya pengalaman terutama dengan lawan jenis remaja memilih teman-teman yang kurang sesuai, tidak seperti yang diharapkan: pertengkaran sering terjadi dan kemudian persahabatan mereka bubar.
b.   Selanjutnya, seperti halnya dalam bidang- bidang kehidupan lainnya, remaja cenderung tidak realistik dengan standar yang ia tetrapkan untuk teman-temanya. Ia menjadi kritis bila teman-teman tidak memenuhi standard an kemudian berusaha untuk teman-temannya. Bisanya hal ini juga menyebabkan pertengkaran dan mengakhiri persahabatan.
5.      Nilai Baru dalam Penerimaan Sosial
Seperti halnya adanya nilai baru mengenai teman-temannya, remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti klik, kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai aggota-anggota kelompok. tidak ada satu sifat atau pola pirilaku khas yang menjamin penerimaan sosial selama masa re,aja. Hal itu bergantung pada pola perilaku yakni: Sindroma penerimaan (kondisi yang menyebabkan remaja diterima) dan sindroma alienasi (kondisi yang menyebabkan remaja ditolak).

6.      Nilai baru dalam Memilih Pemimpin
Karena remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi yang kn dikagumi dan dihormati oleh orang-orang lain dan dengan demikian akan menguntungkan mereka. Terdapat banyak macam kelompok pada masa remaja, seperti kelompok atletik, sosial, intelektual, agama, kelas atau masyarakat dan pemimpin satu kelompok tidak perlu memiliki kemampuan untuk memimpim kelompok lain.
Pemimpin remaja harus mempunyai kesehatan yang baik sehingga bersemangat dan bergairah untuk melakukan sesuatu, hal mana menentukan mutu inisiatif. Selain itu, seorang pemimpin diharapkan mempunyi penampilan yang menarik dan rapi. Pada umumnya, para pemimpin dalam berbagai kegiatan sosial remaja berasal dari keluarga yang status sosioekonominya lebih tinggi dari status sosioekonomi keluarga remaja yang bukan pemimpin. Selain itu, pemimpin biasanya juga lebih aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Maka, ia mengembangkan wawasan sosial dan wawasan diri yang lebih mendalam. Factor utama yang terpenting dalam kepemimpinan adalah kepribadian. Pemimpin harus lebih bertanggung jawab, lebih ekstrovet, lebih bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih dapat mengambil inisiatif serta memiliki emosi yang stabil, penyesuaian diri yang baik, orang yang berbahagia dan hanya mempunyai sedikit kecenderungan neoritik.


5.      Perkembangan Sosial pada Masa Dewasa Dini
                        Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/isteri, orang tua, dan pencari nafkah. Sebagai orang dewasa mereka diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang sulit diatasi, mereka ragu-ragu untuk meminta pertolongan dan nasehat orang lain karena takut kalau dianggap “belum dewasa” (Hurlock, 1997:265).
a.      Minat sosial
Dalam masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang belum menikah sering tidak tahu apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang. Seperti halnya wanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena teman-teman lama sudah berpencar dan banyak di antaranya yang sudah sibuk dengan urusan keluarga atau sibuk pacaran. Akhirnya mereka kehilangan pergaulan yang menyenangkan masa remaja ketika selalu ada teman diajak untuk berbincang-bincang atau melakukan kegiatan bersama lain.
Orang muda yang sudah menikahpun terkadang merasa kesepian dan rindu pada teman-teman. Selain mereka sibuk dengan anak-anak yang masih kecil, berpenghasilan yang pas-pasan saja dan sering tinggal jauh dari orangtua, saudara maupun teman lama, mereka masih sering merasa kesepian sama seperti orang yang belum menikah.
Havighurst (dalam Hurlock)  menjelaskan bahwa rasa kesepian pada masa dewasa dini terjadi karena masa ini merupakan “periode yang relatif kurang terorganisir dalam kehidupan seseorang, yang  saja daamenandai transisi dari lingkungan yang terbagi menurut status sosial”. Mereka tidak lagi begitu saja dapat menikmati pergaulan yang spontan sebagaimana dulu ketika masih bersekolah. Sekarang mereka harus mencari jalannya sendiri.

b.      Penerimaan social
Orang-orang dewasa muda yang popular dan yang mempunyai banyak teman di sekolah atau di tempat kerja mempunyai lebih banyak.
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial Pada Masa Dewasa Dini:
1.      Mobilitas Sosial
Semakin besar keinginan orang dewasa muda untuk meningkatkan status sosialnya semakin giat pula ia berusaha melibatkan diri dengan organisasi-organisasi masyarakat yang akan membantunya untuk naik jenjang sosial yang lebih tinggi.
2.      Status Sosio-ekonomi
Apakah sudah berumah tangga atau belum orang dewasa muda yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam berbagai kegiatan sosial, terutama kegitan di luar rumah, dibandingkan dengan orang yang mempunyai status sosial yang kurang baik.
3.      Lamanya Tingkat dalam Suatu Kelompok Masyarakat
Banyak orang dewasa muda yang harus pindah ke suatu lingkungan baru berpartisipasi aktif dalam organisasi masyarakat sebagai cara untuk bertemu dengan masyarakat dan menemukan teman.
4.      Kelas Sosial
Orang dewasa muda kelas tinggi dan menengah lebih sering aktif dalam berbagai organisasi masyarakat daripada mereka dari golongan masyarakat bawah. Di samping itu mereka juga lebih banyak duduk dalam kepemimpinan organisasi tersebut. Mereka juga mempunyai lebih banyak teman akrab, lebih sering menjamu dan lebih banyak berkunjung, tetapi kurang menghabiskan waktu dengan sanak saudara dibanding dengan anggota-anggota kelas bawah.
5.      Lingkungan
Kehidupan sosial orang dewasa muda yang tinggal di kota besar mungkin lebih banyak dipusatkan pada keluarga dan anak saudara dibandingkan dengan mereka yang hidup di kota kecil dan di pedesaan yang lebih mengenal keramahtamahan dan keakraban antar tetangga.
6.      Jenis Kelamain
Pria yang telah menikahi lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar rumah dibandingkan dengan wanita yang telah menikah yang sering harus membatasi kegiatan-kegiatan sosial mereka pada lingkungan rumah dan rukun tetangga. Wanita yang belum menikah, sebaliknya sering lebih aktif dalam kegiatan masyarakat dibandingkan dengan pria yang masih lajang.
7.      Umur Kematangan Sosial
Pria yang lebih cepat dewasa lebih aktif dalam kegiatan masyarakat dan duduk dalam kepengurusan organisasi-organisasi masyarakat dibandingkan dengan pria yang terlambat dewasa. Wanita yang cepat dewasa tetap aktif di bidang sosial apabila keadaan memungkinkan.
8.      Urutan Kelahiran
Anak pertama, sering memiliki perasaan tidak aman, dan sesudah dewasa cenderung menjadi “pengikut” dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat daripada anak-anak yang lahir belakangan.

c.       Mobilitas Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Menurut Hurlock (1997:265) mobilitas sosial berarti berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lain. Mobilitas sosial terjadi secara horisontal, yaitu berpindah ke kelompok sosial lain pada tingkat yang sama, atau secara vertikal yaitu berpindah ke kelompok sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Umumnya orang muda ingin bergerak ke atas, hanya sedikit yang puas berpindah ke jenjang sosial yang sama, apalagi ke jenjang yang lebih rendah.
Pria dan wanita umumnya mencapai status sosial dan ekonomi yang paling tinggi pada pertengahan masa dewasa, dari umur 30 tahun ke atas, orang-orang muda cenderung berusaha agar secapat mungkin dapat mencapai status semacam itu. Faktor-faktor yang paling penting untuk meningkatkan mobilitas sosial bagi orang-orang :
1.      Tingkat pendidikan yang tinggi yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
2.      Kawin dengan orang yang statusnya lebih tinggi.
3.      Hubungan keluarga yang membantu sebagai “katrolan” di bidang  pekerjaan.
4.      Penerimaan dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi.
5.      Uang, dari warisan atau hasil jerih payah sendiri, yang dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan lainnya yang dapat menyatakan status yang tinggi.
6.       Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dari golonga atas.
7.      Lulusan perguruan tinggi yang ternama.
Para pria umumnya naik ke jenjang sosial yang lebih tinggi terutama melalui usaha mereka sendiri, dan wanita melalui perkawinan dengan pria yang berstatus lebih tinggi, atau dengan mereka yang mampu menanjak usaha dan prestasi pribadi.

d.      Bahaya Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Banyak anak dewasa muda menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sosial mereka. Hambatan yang umum dan sulit dituntaskan :
a.      Orang muda mengalami kesulitan untuk bergabung dengan satu kelompok sosial yang cocok. Menjadi bagian dari kelompok merupakan salah satu tugas pengembangan masa dewasa dini yang penting.
b.      Rasa tidak puas dengan peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok. Seorang pria yang sebelumnya telah menjadi pemimpin di sekolah atau universitas mungkin merasa frustasi sebagai orang dewasa. Jika kepemimpinan dalam bisnis, industri, atau berbagai kegiatan masyarakat jatuh ke tangan orang yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi atau prestise yang lebih besar di masyarakat.
c.       Faktor mobilitas sosial. Orang yang bermobilitas tinggi menghadapi jauh lebih banyak dilema dibandingkan mereka yang bermobilitas relatif rendah, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok sosial baru yang memiliki nilai-nilai dan standar perilaku baru.

6.      Perkembangan Sosial pada Usia Madya
Menurut Hurlock (1997:319) usia madya sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Banyak orang yang berusia madya terutama kaum wanitanya, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa semua dan mulai berkeluarga. Selama usia madya, orang senang terhadap kegiatan menjamu teman dalam bentuk acara makan malam, pesta-pesta dan pada umumnya kehidupan sosial mereka senang berkumpul dengan jenis kelamin yang sama. Kegiatan semacam ini mencapai puncaknya pada waktu mereka berusia sekitar akhir empatpuluhan dan mengalami penurunan pada usia enampuluhan. Kemudian bila seseorang memasuki masa pensiun, dengan berkurangnya pendapatan kegiatan dalam masyarakat mulai berkurang. Akibatnya, pria dan wanita yang berusia sekitar limapuluhtahunan cenderung menghabiskan waktunya dengan anggota kerabat keluarga dekat.
Bagaimanapun pola kegiatan sosial dalam usia madya sangat dipengaruhi oleh status kelas sosial seseorang. Mereka yang status sosial ekonominya tinggi akan lebih aktif pada masa usia tersebut dibandingkan dengan mereka yang berstatus rendah. Pada usia madya pria pada umumnya mempunyai lebih banyak teman dan kerabat daripada wanita, namun wanita mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya daripada pria. Janda yang hidup sendiri dan pria yang sendiri karena cerai cenderung untuk aktif dalam kegiatan sosial seperti mereka yang menikah.
a.      Penilaian Tentang Penyesuaian Sosial Usia Madya
Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkan daripadanya. Kedua, seberapa banyak kepuasan yang diperoleh seseorang. Studi tentang penyesuaian sosial usia madya menunjukkan bahwa ada faktor penting yang menyebabkan orang usia madya mempunyai fungsi sosial yang baik:
1.   Kesehatan yang baik menyebabkan orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
2.   Kaitan yang erat dengan kegiatan sosial dapat melahirkan motivasi yang perlu untuk ambil bagian dalam kegiatan sosial.
3.   Kemahiran dan keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan diri dan dapat mempermudah masalah sosial.
4.   Tidak hadir karena ada urusan keluarga dan keuangan tidak cukup membatasi kemauan dan kemampuannya untuk berfungsi sebagai kelompok ahli sosial.
5.   Status yang sesuai dengan teman sebayanya tentang keinginan kelompok sosial yang memungkinkan bergabung dengan organisasi masyarakat.
6.   Kemauan untuk berperan sebagai pengikut dengan ikhlas walaupun peran kepemimpinan biasa dipegang oleh mereka orang dewasa.

b.      Bahaya personal dan Sosial Bagi Orang Usia Madya
Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kebudayaan bahwa orang usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Karena kurangnya informasi ilmiah tentang usia mada, banyak kepercayaan tradisional dan budaya klise tetap dipegang. Akibatnya, perilaku mereka dapat menjadi serius.
Bahaya Personal
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua ada enam macam bahaya personal, yaitu:
1.      Diterimanya Kepercayan Tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usai. Seseorang yang mengalami menpause misalnya, sering sisebut sebagai “masa kritis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu.
2.   Idealisasi Anak Muda
Banyak orang usia madya khusunya kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seperti seorang anak yang menjelang usia baliq, mereka tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan. Ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini meneybabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
3.      Perubahan Peran
Mengubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memerankan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut lagi dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. Namun, orang yang pernah mempunyai kesempatan untuk memainkan banyak peran biasanya akan lebih mudah untuk menyesuaika diri dengan peran yang baru.
4.      Perubahan Keinginan dan Minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak.
5.      Simbol Status
Pada umunya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status. Dalam kasus seperti ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan cukup uang untuk memeproleh status tersebut. Kedua, dia akan bersikap boros. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja misanya agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.
6.      Aspirasi yang tidak Realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial, apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan aktor bawaan sejak masa remaja. Bagi seseorang yang mengalami perasaan gagal dalam berbagai hal akan meniadakan dan mengalahkan perilaku positif apapun yang ia kerjakan. Akibatnya, ia akan mempunyai prestasi rendah, bahkan lebi rendah dari prestasi normalnya.
Bahaya Sosial
Ada beberapa kondisi umum yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa usia madya, yaitu:
1.      Falsafah “Kursi Berkarang”
Orang usia madya yang berfalsafah bahwa seseorang yang terkurung menjadi tidak aktif karena harus bertahan dengan cara yang membantunya menikmati kondisi dalam situasi sosial tertentu merasa harga dirinya kecil.
2.      Penampilan yang Tidak Menarik
Orang usia madya baik pria maupun wanita yang pasrah terhadap penampilannya yang semakin memburuk dan mereka tidak berusaha atau malas untuk memperbaikinya, akan semakin diabaikan atau ditolak oleh situasi sosial tertentu dibandingkan dengan mereka yang mau berusaha dengan melakukan penyesuaian dandanan dan pakainnya sehingga menimbulkan kesan seolah-olah mereka lebih muda daripada usianya dan agak menarik perhatian.
3.      Kurang Memiliki Keterampilan Sosial
Orang usia madya yang tidak pernah belajar tentang keterampilan sosial dengan teman sebayanya selama ia masih muda, atau ia belajar dengan cara asal-asalan ketika awal masa dewasanya, akan merasa menderita dalam suasana sosial yang tenteram dan akan menarik diri atau akan melakukan peran yang tidak diinginkan.
4.      Kecenderungan untuk Lebih Suka Berkontak dengan Keluarga
Orang yang berusia madya baik pria maupun wanita yang menganggap anggota keluarganya lebih menyenangkan daripada orang luar dan kegiatan yang di dalam keluarga lebih menyenangkan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh masyarakat akan tidak termotivasi untuk memperluas horison sosialnya dengan melibatkan orang luar dan kegiatan masyarakat.
5.      Masalah Keungan
Orang berusia madya yang terganggu oleh masalah keuangan akan dibantu dengan tunjangan pengangguran dan atau tunjangan orangtua (jompo). Begitu juga karena pendidikan, anak-ankanya tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sesuai dengan teman-temannya, maka mereka akan terasing dari kegiatan sosial.
6.      Tekanan Karena Keluarga
Bagi sebagian besar orang yang berusia madya yang masih mempunyai tanggungjawab keluarga, mempunyai beban lebih banyak daripada waktu anak-aknya masih kecil. Akibatnya orang itu masih merasa tertekan karena harus mendorong keungannya dan juga bantuan melalui bantuan pribadi untuk pertumbuhan anak, cucu, atau orangtua yang masih tergantung. Situasi seperti ini akan mengurangi jumlah uang dan ketertiban sosial.
7.      Popularitas yang Diinginkan
Beberapa orang baik pria maupun wanita yang berusia madya terutama mereka yang dulu nikah muda yang telah memperoleh pengalaman baik yang bersifat tempore sebelum menikah, sekarang ingin terlibat aktif dalam kegiatan sosial sebagai bukti popularitasnya. Hal ini dapat menimblkan bahaya apabila dalam usahanya untuk mencapai tujuan tersebut ia mencoba menerobos pola hidup yang telah mapan, untuk mencari sesuatu yang menarik dan melakukan petualangan di luar rumah, dengan melakukan tugas-tugasnya.
8.      Mobilitas Sosial
Mobilitas seseorang yang terasa sulit apbila ia tidak mungkin untuk mendekatkan dan masuk ke dalam jaringan kerja sosial secara aktif yang selama ini sudah dilakukan oleh para tetangganya atau kelompok sebayanya. Oleh karena itu, ia terpaksa harus terasing kalau ia tidak bisa berafiliasi dengan kelom[ok yang mau menerimanya.

7.      Perkembangan Sosial pada Masa Lanjut Usia
a.      Minat Sosial Pada Lanjut Usia
Menurt Hurlock (1997:379) dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social disengagement), yaitu suatu proses pengunduran diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan sosial. Social disengagemen “pelepasan beban” (lead shedding) yaitu meliputi: keterlibatan dengan orang lain berkurang, pengurangan variasi peranan sosial yang dimainkan, penggunaan kemampuan mental yang semakin bertambah, dan berkurangnya partisipasi dalam kegiatan fisik.
Social disengagement  pada lanjut usia sering diungkapkan dalam bentuk penyusutan sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kontak sosial yang bisa dimanfaatkan untuk melakikan kontak sosial dan menurunnya partisipasi sosial. Bagi sebagian besar orang usia lanjut kejadian ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan sosialnya, yang telah dibentuk dan dilakukan selama masa dewasa dini yang  pada masa usia tengah baya hanya terjadi perubahan kecil saja.
b.      Jenis Kegiatan Sosial yang Mulai Dihentikan
Berhentinya seseorang dari kegiatan sosial bisa terjadi secara sukarela atau terpaksa. Dalam hal pengunduran diri secara sukarela, mereka menganggap bahwa jenis kegiatan seperti itu sudah tidak cocok dengan kebutuhan mereka. Seperti minat terhadap diri mereka sendiri meningkat, maka minat terhadap orang lain berkurang sampai minat sosial mereka dibatasi oleh kondisi keluarga yang ada sekarang.
Semakin terisolir dari kegiatan sosial, semakin tidak berkembang dan kecil kesempatan orang berusia lanjut untuk tetap mempertahankan aktualisasinya. Sebagai akibatnya, mereka menjadi merasa bosan pada orang lain, padahal sikap seperti ini menjadikan mereka lebih terisolasi dan kegiatan sosial.
Pengunduran diri orang berusia lanjut dari kegiatan sosial secara terpaksa dilakukan, apabila mereka menginkan dan memerlukan kontak semacam itu karena kondisi-kondisi tertentu yang sedikit terkontrol atau bahkan tidak sama sekali. Misalnya, banyak di antara mereka yang telah meninggal, pindah jauh, atau karena kondisi fisik dan ekonominya tidak memungkinkan untuk dapat melakukan sesuatu maka ini berarti bahwa mereka tidak dapat lagi berhubungan dengan teman sejawat seperti dulu yang pernah dilakukan.
Orang berusia lanjut biasanya juga lemah, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan berjalan mengunjungi teman mereka. Apabila pendapatan mereka terbatas mereka juga tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggaran oleh masyarakat dan akibatnya mereka sulit atau tidak memungkinkan untuk dapat mengikuti zaman dan meyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang lebih muda, atau teman-temmannya. Masalah yang sama seriusnya adalah sikap sosial terhadap orang lanjut usia yang tidak menyenangkan mendorong mereka untuk mengundurkan diri dari kegiatan sosial.
c.       Sumber Kontak Sosial
Ada sumber dalam masyarakat yang berbeda, yang dapat dimanfaatkan oleh orang lanjut usia untuk melakukan kontak sosial di masa tuanya, yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam sumber yang sangat dipengaruhi oleh lanjut usia untuk melakukan kontak sosial dimasa tuanya, yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam sumber  yang sangat dipengaruhi oleh lanjut usia. Masalah serius tentang hal tersebut yang perlu diketahui adalah, sekali sumber kontak sosial terbentuk dirusak, maka mereka jarang dapat memperbaiki atau menukar dengan yang lain
Wanita cenderung lebih dapat mempertahankan persahabatannya hingga berlangsung lebih lama dibandingkan pria. Keadaan seperti ini terutama karena sebagian besar sahabatnya adalah para tetangga, keluarga dan koleganya yang tersebar dalam masyarakat serta mempunyai minat dan keinginan berbeda setelah pensiun. Dengan demikian mereka sangat tergantung pada istrinya dalam hal melakukan persahabatan dan memainkan peran sebagai orang yang lebih suka tinggal di dalam rumah, yang menurut mereka merusak keakuannya sebagai lelaki. Hanya karena apabila seorang pria mempunyai kelompok teman yang intim saja, biasanya adalah sahabatnya dan telah berkawan sejak masa kanak-kanakyang bisa melangsungkan kehidupan persahabatannya sehingga mereka masih tetap dapat melakukan kontak sosial di luar rumah. Walaupun kemudian kontak semacam ini menjadi tidak sering dilakukan karena timbulnya masalah yang berhubungan lagi, karena adanya kecenderungan bahwa pria lebih dulu meninggal dibanding wanita, maka banyak pria berusia lanjut yang menderita karena kehilangan teman mereka.
Sebagai akibat dari menyempitnya sumber-sumber kontak sosial yang ada, biasanya daur kehidupan keluarga hanya terdiri dari inti kehidupan sosial orang lanjut usia. Semakin tua, semakin besar ketergantungan mereka dalam hal persahabatan pada anggota keluarga.
Sumber Kontak Sosial Yang Dipengaruhi Usia
1.      Persahabatan Pribadi yang Akrab
Persahabatan pribadi yang akrab dengan para anggota dari kelompok jenis kelamin yang sama yang dibina ulang sejak masa dewasa atau pada awal tahun pernikahannya, sering terhenti apabila salah satunya mati atau pindah tempat tinggal sehingga menjadi jauh. Kondisi seperti ini membuat orang usia lanjut tidak mampu lagi untuk menetaokan jenis persahabatan lain yang semacam itu.
2.      Kelompok Persahabatan
Kelompok semacam ini terbentuk dari pasangan-pasangan yang bersatu, yang dibentuk pada waktu mereka masih muda karena mereka mempunyai minat dan kesenangan yang serupa secara timbal balik. Pada saat para pria mulai peserta kegiatan para wanita dalam rumah tangga dan masyarakat mulai berkurang, dan secara bertahap mulai menghilang.
3.      Kelompok Atau Perkumpulan Formal
Apabila peranan kepemimpinan dalam kelompok atau perkumpulan formal diambil alih oleh kelompok yang lebih muda dan apabila perencanaan kegiatan terutama berorientasi pada minat mereka yang lebih muda, maka orang usia lanjut merasa tidak diperlukan lagi dalam organisasi tersebut.
d.      Partisipasi Sosial
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka partisipasi sosialnya semakin berkurang dan cakupannya juga menyempit. Terdapat banyak alasan mengapa partisipasi seseorang dalam kegiatan sosial menurun ejalan dengan bertambahnya usia yakni sebagai berikut:
a.       Kesehatan yang menurun, yang biasanya sering digunakan sebagai alasan pokok.
b.      Tingkat keterlibatan dalam kegiatan sosial pada usia muda.aktivitas ini sangat mempengaruhi partisipasinya pada usia lanjut. Studi tentang partisipasi sosial pada berbagai tingkat usia yang berbeda menunjukkan bahwa mereka yang aktif pada masa dewasa dan masa dewasa dini akan aktif pula pada usia setengah baya dan usia lanjutnya kecuali, jika mereka mempunyai hambatan-hambatan tertentu.
Pada setiap tingkat usia, status sosial ekonomi sangat memegang peran penting dalam menentukan tingkat partisipasi dalam organisasi sosial dan kemasyarakatan. Pada umumnya kelompok sosial yang lebih tinggi mendominasi kehidupan organisasi masyarakat dan menunjang organisasi tersebut dalam bentuk partisipasi kepemimpinan. Oleh Karena itu banyak organisasi masyarakat yang berorientasi pada pekerjaan.




DAFTAR RUJUKAN

Hurlock, E. B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2, Jakarta: Penerbit Elangga.
Somantri, S. 2006.  Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT.Refika Aditama.
Susanto, A.  2012. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Tidak ada komentar:

Posting Komentar