KEEKSPRESIFAN
W.S. RENDRA DALAM BUKU STANZA DAN BLUES
(Ia telah Pergi, Lagu Serdadu, Ibunda)
Rosita
Agus Trisnawati
PENDAHULUAN
Pada
artikel ini akan diapresiasikan puisi karya sastrawan Indonesia, yaitu
Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih dikenal dengan sebutan W.S.
Rendra. Dalam bukunya Stanza dan Blues (kumpulan puisi terbaik Rendra) terdapat
puisi-puisi yang sangat menarik, namun disini akan dipilih tiga puisi yang
berjudul Ia telah Pergi, Lagu Serdadu dan Ibunda, untuk diapresiasikan dengan pendekatan ekspresif. Ketiga
judul tersebut dipilih tentunya tidak beralasan. Alasannya dipilih ketiga puisi
tersebut yaitu saling berkesinambungan antara puisi satu dengan puisi yang
kedua dan ketiga, yang mengisahkan hubungan seorang ibu dan anaknya. Pendekatan
yang digunakan dalam apresiasi puisi ini yakni pendekatan ekspresif. Pendekatan
eksprsif dipilih karena dalam ketiga puisi tersebut penyair menonjolkan
ekspresinya baik perasaan, pemikiran, pandangan hidup yang dituangkan dalam
karya-karya tersebut. Puisi Ia telah
Pergi, Lagu Serdadu, dan Ibunda
mencerminkan sikap hidup penyair dan perasaan penyair. Prosedur apreiasi yang
digunakan pada pendekatan ekspresif yaitu pertama mengindetifikasi apa yang
ingin pengarang ekspresikan (makna, isi, tema, nada, perasaan/amanat).
Selanjutnya yang kedua, mengidentifikasi cara atau gaya yang berkaitan dengan
apa yang ingin diekspresikan (unsur fisik puisi yang paling baik dan ciri puisi yang cenderung digarap oleh
pengarang). Pada penulisan artikel kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi
puisi Ia telah Pergi, Lagu Serdadu, dan
Ibunda karya W.S. Rendra, baik dari
segi unsur fisik dan maupun batin, serta memahami dan menemukan keekspresifan
yang diungkapkan oleh W.S Rendra dalam puisi-puisinya tersebut.
ANALISIS
PUISI DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF
Biografi
Penyair :
Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo
atau yang lebih dikenal dengan W.S. Rendra
ialah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Lahir di Kampung Jayengan, Kota
Surakarta, Jawa Tengah, pada 7 November 1935, pukul 17.05, Kamis-Kliwon. W.S.
Rendra meninggal di Depok Jawa Barat pada 6 Agustus 2009 di usianya yang ke 73
tahun. Sejak muda, beliau menulis puisi, skenarion drama, cerpen, dan essai
sastra di berbagai media masa. W.S. Rendra pernah mengenyam pendidikan di
Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah beliau menerima
gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluku sebagai “Burung Merak” ini pada tahun 1967
mendirikan bengkel teater di Yogyakarta. Melalui bengkel teaer itu, beliau
melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana. Adi
Kurdi, dan lain-lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan
politik, ia memindahkan bengkel teater di Depok pada bulan Oktober 1985.
Pembahasan puisi 1
Ia telah Pergi
Ia telah pergi
Lewat jalannya
kali.
Ia telah pergo
Searah dengan
mentari.
Semua lelaki
ninggalkan ibu
Dan ia masuk
serdadu.
Kemudia ia kembang
di perang;
Dan terlentang.
Bagi lain orang.
|
Teks puisi
|
Bunyi
|
Diksi
|
Citraan
|
Majas
|
Gaya/SR
|
|
Ia telah Pergi
Ia telah pergi
lewat jalannya kali.
Ia telah pergi
searah dengan mentari.
Semua lelaki
ninggalkan ibu 5
Dan ia masuk serdadu.
Kemudian ia
kembang di perang;
Dan terlentang. Bagi lain orang.
|
alit
k
konso
n
|
kt
khusus
kt
konkret
kt
konkret
kt
khusus
kt
konkret
|
Visual
gerak
visual
taktil
|
|
repetisi
|
Penafsiran Pemahaman Puisi 1
Unsur Fisik
1.
Diksi
Penggunaan
diksi dalam puisi Ia telah Pergi mewakili
perasaan, pemikiran serta pegalaman yang dialami oleh penyair.
-
lewat jalannya kali
Pada larik puisi tersebut terdapat kata
khusus pada kata jalannya kali. Jalannya kali yang dimaksud pada puisi
tersebut bukan kali pada sungai. Jalannya
kali yang dimaksud yaitu dengan jalan yang sudah menjadi takdirnya.
-
searah
dengan mentari
Pada larik puisi tersebut terdapat diksi
berupa kata konkret. Larik tersebut memiliki makna berjalan searah dengan
mentari, yang dimaksud yaitu berjalan dari ujung satu ke ujung yang lain (dari
timur sampai ke barat seperti matahari).
-
dan ia masuk serdadu
pada larik puisi tersebut terdapat kata
konkret pada kata serdadu. Serdadu yag dimaksud dalam puisi
tersebut memiliki arti prajurit atau anggota tentara. Maka dalam larik tersebut
memiliki makna dia liris telah memilih untuk masuk sebagai prajurit atau
anggota tentara.
-
Kemudian ia kembang di perang
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata khusus pada kata kembang
di perang. Larik tersebut memiliki makna dia liris telah mahir dalam
melakukan perang.
-
Dan telentang.
Bagi lain orang
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata konkret telentang.
Kata tetlentang di sini memiliki arti
terbaring. Makna dari larik puisi tersebut yaitu dia liris siap terjatuh dan terbaring mati untuk orang lain.
2. Citraan
Citraan
yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual. Terbukti pada larik Ia telah pergi yang muncul pada baris
pertama dan ketiga.
3. Gaya/Sarana
Retorika
Gaya
atau sarana retorika yang digunakan pada
puisi Ia telah Pergi yaitu repetisi.
Repetisi muncul pada larik puisi pertama dan ketiga yang mengulang larik Ia telah Pergi.
4. Tipografi
Tipografi
yang digunakan pada puisi berjudul Ia
telah Pergi menggunakan tipografi rata kiri.
Berdasarkan analisis unsur fisi pada
puisi Ia telah Pergi yang telah
dianalisis, dapat dilihat bahwa
pengarang menggarap dengan baik pada bagian diksi dan citraan. Diksi yang
digunakan W.S. Rendra pada puisi Ia telah
Pergi membuat pembaca berimajinasi akan isi puisi tersebut yang selanjutnya
menimbulkan sebuah citraan pada puisi. Hal ini dibuktikan dari kutipan larik searah dengan mentari. Dari pemilihan
diksi tersebut muncul pula citraan berupa visual. Jadi, pada puisi ini dapat
ditariik kesimpulan bahwa W.S. Rendra menggarap dengan baik diksi dan citraan
dalam puisi untuk mengungkapkan keekspresifannya.
Unsur
Batin
1. Tema
Tema
pada puisi Ia telah Pergi adalah kesedihan seorang ibu ketika anaknya
berpamitan pergi untuk menjadi seorang prajurit atau tentara.
2. Nada
Nada
yang digunakan dalam puisi Ia telah Pergi
penyair mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis ketika anaknya pergi.
3. Perasaan
Perasaan
yang terkandung pada puisi Ia telah Pergi
yaitu penyair mengungkapkan kesedihan yang dirasakan saat anaknya pergi untuk
menjadi seorang prajurit atau tentara.
4. Amanat
Amanat
yang dpaat diambil dari puisi Ia telah
Pergi karya W.S. Rendra adalah jangan bersedih ketika ditinggal seorang
anak untuk meraih cita-cita. Biarkan seorang anak bercita-cita setinggi
mungkin, cukup doakan semoga selalu baik-baik saja.
5. Totalitas
makna
Makna
yang terdapat pada puisi Ia telah Pergi yaitu
dia liris pergi untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang prajurit atau
tentara untuk perang. Dia liris yang belum menikah pamit kepada sang ibu.
Seiring berjalannya waktu dia liris perang dan mati untuk orang lain.
Berdasarkan
unsur batin dari puisi Ia telah Pergi
dapat disimpulkan bahawa penyair mencoba mengungkapkan keekspresifannya dengan
mengajak pembaca merenungkan mengenai seorang ibu yang ditinggal anaknya
mengejar cita-cita menjadi seorang prajurit atau tentara. Menjadi seorang
prajurit atau tentara tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Pekerjaan tersebut
sangat beresiko, dan seorang prajurit atau tentara harus siap mati untuk orang
lain.
Pembahasan Puisi 2
Lagu
Serdadu
Kami
masuk serdadu dan dapat senapang
ibu
kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho,
darah kami campur arak!
Yoho,
mimpi kami patung-patung dari perak!
Nenek
cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai,
tanah yang baik untuk mati!
Dan
kalau kuterlentang dengan pelor timah
cukillah
ia bagi putraku di rumah.
|
Teks puisi
|
Bunyi
|
Diksi
|
Citraan
|
Majas
|
Gaya/SR
|
|
Lagu Serdadu
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh
harus terbang.
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari
perak!
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Dan kalau kuterlentang dengan pelor timar
cukillah ia bagi putraku di rumah.
|
alit d
alit t, aso i, kon g
ali p, aso i
aso a
aso i, kons k
alit k, alit d, kon n
kon h, aso i
|
kt konkret
kt konkret
kt khusus
kt khusus
Kt konkret
Kt konkret
|
Visual
Visual
Taktil
taktil
|
metafora
|
repet (kami)
repetisi (Yoho, kami)
|
Penafsiran Pemahaman
Puisi 2
Unsur Fisik
1.
Diksi
Penggunaan
diksi dalam puisi Lagu Serdadu mewakili
perasaan, pemikiran serta pegalaman yang dialami oleh penyair.
-
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata konkret pada yaitu kata serdadu dan senapang. Serdadu diatikan sebagai kan kata
senapang memiliki arti pistol. Maksud dari larik puisi tersebut yaitu dia liris
telah menjadi anggota tentara dan mendapat sebuah pistol.
-
Ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Pada larik puisi
tersebut terdapat diksi berupa kata konkret elang
dan terbang. Larik tersebut memiliki
makna meskipun sang ibu bersedih, namun tugas seorang tentara yaitu berperang.
-
Nenek cerita pulau-pulau kita indah
sekali.
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata khusus. Pulau-pulau
kita indah sekali memiliki makna khusus yang akan menimbulkan sebuah
citraan imaji.
-
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata khusus. Tanah yang
baik untuk mati memiliki makna khusus yang akan menimbulkan sebuah citraan
imaji.
-
Dan kalau kuterlentang dengan pelor
timah
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata konkret yaitu kuterlentang
dan pelor timah. Terlentang memiliki makna terbaring atau
yang dalam konteks ini diartikan mati terkena tembakan peluru.
-
Cukillah
ia bagi putraku di rumah
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata konkret yaitu cukillah
dan rumah. Rumah memiliki arti
bangunan untuk tempat tinggal.
2. Citraan
Citraan
yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual dan taktil. Citraan visual
muncul pada larik :
Kami
masuk serdadu dan dapat senapang
ibu
kami nangis tapi elang toh harus terbang.
Sedangkan citraan
taktil muncul pada larik :
Nenek
cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai,
tanah yang baik untuk mati!
3. Majas
Majas
yang terdapat pada puisi Lagu Serdadu
yaitu majas metafora pada larik puisi ibu
kami nangis tapi elang toh harus terbang. Pada kutipan larik puisi tersebut
memiliki makna peumpamaan elang itu adalah orang.
4. Gaya/Sarana
Retorika
Gaya
atau sarana retorika yang digunakan pada puisi Lagu Sedadu yaitu repetisi. Sarana retorika repetisi muncul pada
baris pertama dan kedua pada kata kami,
dan repetisi pada baris ketiga dan keempat pada kata Yoho, kami.
5. Tipografi
Tipografi
yang terdapat pada puisi berjudul Lagu
Serdadu karya W.S. Rendra
menggunakan tipografi rata kiri.
Berdasarkan
indentifikasi mengenai unsur fisik yang terdapat pada puisi Lagu Serdadu karya W.S. Rendra, unsur
fisik yang dikerjakan baik oleh pengarang adalah diksi dan citraan. Diksi pada
puisi tersebut menggunkan kata-kata yang bemakna denotatif. Dari pemilihan
diksi yang menggunakan makna denotatif munculnya seuah citraan yang
mengikutinya. Makna denotatif pada kata khusus akan meciptakaan sebuah citraan
untuk pembaca. Terbukti pada larik puisi Wahai, tanah yang baik untuk mati!, larik tersebut terdapat diksi yang
sekaligus menimbulkan sebuah citraa. Jadi dapat disimpulkan pada puisi Lagu Serdadu ini W.S. Rendra menggarap
baik diksi dan citraannya dalam mengungkapkan keekspresifannya.
Unsur
Batin :
1. Tema
Tema
yang terkandung dalam puisi Lagu Serdadu adalah
seorang anak yang sudah menjadi prajurit
atau tentara.
2. Nada
Nada
yang digunakan penyair pada puisi Lagu
Serdadu , mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis akan kecemasan
seorang ibu terhadap ankanya yang sudah menjadi prajurit atau tentara.
3. Perasaan
Perasaan
yang terkandung pada puisi Lagu Serdadu
yaitu penyair mengungkapkan kesedihan sekaligus bangga. Kesedihan muncul karena
harus meninggalkan keluarga di rumah. Kebanggaan juga terdapat pada puisi
tersebu karena telah menjadi seorang prajurit atau tentara yang bertaruh nyawa
demi negara tercinta.
4. Amanat
Amanat
yang dapat diambil dari puisi Lagu
Serdadu karya W.S. Rendra adalah
jangan meremehkan pekerjaan seorang prajurit atau tentara yang bertaruh nyawa
demi negara. Hargai para pejuang bangsa.
5. Totalitas
makna
Makna
yang terdapat pada puisi Lagu
Serdadu yaitu dia liris telah
menjadi seorang prajurit atau sering biasa disebut tentara. Suatu kebanggan
tersendiri manjadi seorang tentara, namun juga terdapat pula kesedihan karena
harus meninggalkan keluarga di rumah. Sang ibu berdoa agar jika suatu saat anaknya
jangan sampai terkena peluru jika kembali ke rumah.
Dari
penafsiran puisi Lagu Serdadu karya
W.S. Rendra dapat disimpulkan bahwa penyair menyampaikan kesekpresifannya
melalui mengajak pembaca membayangkan kecemasan seorang ibu yang ditinggal
anaknya menjadi seorang prajurit atau
tentara. Pekerjaan tersebut tentunya harus siap mati untuk negara kapanpun dan
dimanapun berada. Seorang ibu hanya bisa mendokan semoga sang anak selalu
baik-baik saja dan semoga tidak terkena tembakan dari peluru lawan.
Pemahaman Puisi 3
Ibunda
Engkau adalah bumi,
mama
aku adalah angin
yang kembara
Engkau adalah
kesuburan
atau restu atau
kerbau bantaian.
Kuciumi wajahmu
wangi kopi
dan juga kuinjaki
sambil pergi
kerna wajah bunda
adalah bumi.
Cinta dan korban
tak bisa dibagi.
|
Teks puisi
|
Bunyi
|
Diksi
|
Citraan
|
Majas
|
Gaya/SR
|
|
Ibunda
Engkau adalah bumi, Mama
aku adalah angin yang kembara
Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.
Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi.
Cinta dan korban tak bisa dibagi.
|
alit
a
alit
a
alit
a, aso u
alit
k,w,aso i
aso
i
aso
a, alit b
alit
d, aso a,kon n
|
Kt
simbol
Kt
konkret
Kt
simbol
Kt
konkret
|
Taktil
Taktil
Visual
Taktil
Gerak
Gerak
Visual
taktil
|
metafora
metafora
metafora
|
repetisi
tautologi
hiperbola
|
Penafsiran Pemahaman
Puisi 3
Unsur Fisik
1.
Diksi
Penggunaan
diksi dalam puisi Ibunda mewakili perasaan, pemikiran serta
pegalaman yang dialami oleh penyair.
-
Engkau
adalah bumi, Mama
Pada larik puisi tersebut terdapat kata simbol
pada kata engkau. Engkau yang dimaksud pada puisi tersebut ialah
ibunda.
-
aku adalah angin yang kembara
Pada larik puisi tersebut terdapat diksi
angin yang kembara yang memiliki
makna aku liris adalah sosok seperti angin yang pergi kemana-mana tanpa tujuan
dan trmpat tinggal yang pasti.
-
Engkau
adalah kesuburan
pada larik puisi tersebut terdapat kata simbol
pada kata engkau. Engkau yang
dimaksudkan pada larik puisi tersebuy yaitu ibunda.
-
Cinta
dan korban tak bisa dibagi
Pada larik puisi
tersebut terdapat kata konkret pada kata cinta.
Larik puisi tersebut menjelaskan bahwa cinta seorang ibu tidak bisa dibagi oleh
apapun.
2. Citraan
Citraan
yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual. Terbukti pada larik engkau adalah kesuburan, dan kerna wajah bunda adalah bumi. Selain
itu terdapat pula citraan taktil, pada larik aku adalah angin yang kembara dan cinta dan korban tak bisa dibagi.
3. Majas
Pada
puisi Ibunda karya W.S. Rendra
terdapat majas metafora. Terbukti pada larik puisi
Engkau adalah bumi, Mama yang
dimaksud engkau disini adalah ibunda. Selain itu terbukti pula pada larik
Engkau adalah kesuburan
Kerna wajah bunda adalah bumi.
4. Gaya/Sarana
Retorika
Gaya
atau sarana retorika yang digunakan pada
puisi Ibunda karya W.S. Rendra yaitu
repetisi, tautologi, dan hiperbola.
5. Tipografi
Tipografi
yang digunakan pada puisi berjudul Ibunda
menggunakan tipografi rata kiri.
Berdasarkan analisis unsur batin
pada puisi Ibunda, pengarang
menggarap dengan baik pada bagian diksi dan citraan. Diksi yang digunakan W.S.
Rendra pada puisi Ibunda membuat
pembaca berimajinasi akan isi puisi tersebut yang selanjutnya menimbulkan
sebuah citraan pada puisi. Terbukti pada
larik puisi engkau adalah bumi, Mama
dari larik tersebut kata engkau
memiliki makna ibunda, yang selanjutnya muncul citraan taktil. Jadi, dapat
ditarik kesimpulan bahwa W.S. Rendra dalam mengungkapkan keekspresifannya lebih
menonjolkan ke diksi dan citraan pada sebuah puisi.
Unsur
Batin
1. Tema
Tema
yang terkandung dalam puisi Ibunda adalah
penggambaran sosok seorang ibu yang sangat dikagumi.
2. Nada
Nada
yang digunakan penyair mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis akan
kasih sayang seorang ibu.
3. Perasaan
Perasaan
yang terkandung pada puisi Ibunda
yaitu penyair mengungkapkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan arti
kehadiran sosok ibu dalam kehidupan nyata.
4. Amanat
Amanat
yang dpaat diambil dari puisi Ibunda
karya W.S. Rendra adalah kasih sayang seorang ibu tidak terhingga sepanjang masa. Jarak tidak pernah menghalangi kasih sayang dari
seorang ibu.
5. Totalitas
makna
Makna
yang terdapat pada puisi Ibunda yaitu
aku liris ingin menyampaikan bagaimana sosok seorang ibu yang begitu hebat dan
teramat aku liris sayangi.
Berdasarkan
unsur batin dari puisi Ibunda dapat
disimpulkan bahwa penyair mencoba mengungkapkan keekspresifannya dengan
mengajak pembaca merenungkan mengenai kasih sayang seorang ibu tidak dapat
terbagi oleh apapun. Meski jarak memisahkan antara anak dan ibu, namun kasih
sayang yang sosok ibu berikan tidak akan pernah hilang ataupun pudar.
PENUTUP
Rangkuman:
Dari
analisis tiga puisi Ia telah Pergi, Lagu
Serdadu dan Ibunda karya W.S.
Rendra dengan pendekatan ekspresif, terlihat bentuk kekspresian yang diciptakan
oleh penyair W.S. Rendra. Bentuk pengekspresian puisi-puisinya dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pada
puisi pertama yaitu: Ia telah Pergi
dilihat dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang
terdapat pada puisi tersebut, W.S. Rendra ingin menyampaikann keekspresifannya
melalui cara mengajak pembaca merenungkan akan perasaan seorang ibu yang
ditinggal anaknya menjadi seorang
prajurit atau tentara yang siap mati untuk orang lain. Sedangkan pada
identifikasi gaya atau cara penyair mengungkapkan sifat keekspresifan puisi Ia telah Pergi dengan lebih menonjolkan
diksi atau pemilihan kata untuk
menyampaikan apa yang difikirkan dan dirasakan. Penyair menggunakan diksi dalam
menuliskna sebuha puisi, hingga selanjutnya memunculkan sebuah citraan dari
larik demi larik puisi tersebut.
2. Pada
puisi kedua yaitu: Lagu Serdadu
dilihat dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang
terdapat pada puisi tersebut, W.S. Rendra menyampaikan keekspresifannya melalui
cara mengajak pembaca merasakan kecemasan seorang ibu ketika anaknya menjadi
seorang prajurit atau tentara. Doa seorang ibu ketika anaknya berjuang di medan
perang supaya tidak tertembak oleh lawan. Sedangkan pada identifikasi gaya atau
cara penyair megekspresikan puisi Lagu
Serdadu, dengan lebih menonjolkan diksi atau pemilihan kata untuk
menyampaikan apa yang difikirkan dan dirasakan. Penggunaan diksi dalam
menuliskan sebuah puisi Lagu Serdadu
tentu juga memunculkan sebuah citraan.
3. Pada
puisi ketiga yaitu: Ibunda dilihat
dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang terdapat
pada puisi tersebut, W.S. Remdra menyampaikan keekspresifannya melalui cara
dengan mengajak pembaca merenungkan mengenai kasih sayang ibu yang tidak
tergantikan oleh apapun. Kasih sayang seorang ibu akan tetap ada dimanapun kita
berada. Sedangkan pada identifikasi gata atau cara panyair mengekspresikan
puisi Ibunda, penyair menonjolkan dan
menggarap baik diksi atau pemilihan kata untuk menyampaikan apa yang difikirkan
dan dirasakan. Penyair menggunakan diksi dalam menulis sebuah larik demi larik
puisi untuk menonjolkan keekspresifannya. Dari penggunaan dan pemilihan diksi
yang tepat itulah menimbulkan sebuah citraan.
Identifikasi dari unsur fisik yang
menjadi ciri atau gaya W.S. Rendra dalam mengekspresikan puisi-puisinya, penyair
lebih menonjolkan dan menggarap dengan baik diksi atau pemilhan kata dalam
puisi. Selain itu penggunan diksi yang baik memunculkan sebuah citraan pada
setiap karya puisinya.
Kesimpulan
Dari ketiga puisi karya Willibrordus
Surendra Broto Rendra atau yang sering dikenal dengan W.S. Rendra dalam
kumpulan puisinya Stanza dan Blues
(Kumpulan Puisi Terbaik Rendra) yang dianalisis menggunakan pendekatan
ekspresif. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga puisi tersebut memiliki
keterkaitan makna antara puisi yang satu dengan dua puisi yang lain. Ketiga
puisi tersebut menggambarkan tentang hubungn seorang ibu dan anak. Penyair
ingin mengajak pembaca merasakan yang diekspresikan penyair dalam ketiga puisi
yaitu: Ia telah Pergi, Lagu Serdadu
dan Ibunda, sesuai yang difikirkan
dan dirasakan oleh penyair. Dari gaya atau cara di dalam puisi-puisinya, W.S.
Rendra lebih banyak menggunakan diksi atau pemilihan kata untuk pengekspresifannya
dalam karya sastra. Selain itu, dari pemilihan kata atau diksi yang digunakan
memunculkan sebuah citraan bagi pembaca. Hal inilah yang menjadikan ciri khas
W.S. Rendra dalam menyampaikan keekspresifannya pada sebuah karya sastra
terutama puisi, dengan meonojolkan diksi atau pemilihan kata dan citraan.
Selain itu dari segi unsur batin,
didapatkan pengalaman batin, manfaat ataupun renungan yang dapat dipetik dari
ketiga karya tersebut. Diantaranya yaitu jangan bersedih ketika seorang anak
pergi untuk meraih cita-citanya, cukup doakan sang anak dimanapun ia berada.
Doa dari ibu tidak pernah terhalang oleh jarak apapun. Kasih sayang seorang ibu
yang tak pernah ada habisnya menjadikan penguat untuk anak yang sedang meraih
cita-citanya.
DAFTAR RUJUKAN
Rendra, W.S. 2016. Stanza dan Blues (Kumpulan Puisi Terbaik Rendra). PT Bentang
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar