Sabtu, 07 April 2018

PENDEKATAN EKSPRESIF DALAM BUKU STANZA DAN BLUES KARYA W.S. RENDRA


KEEKSPRESIFAN W.S. RENDRA DALAM BUKU STANZA DAN BLUES
(Ia telah Pergi, Lagu Serdadu, Ibunda)
Rosita Agus Trisnawati

PENDAHULUAN
Pada artikel ini akan diapresiasikan puisi karya sastrawan Indonesia, yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang lebih dikenal dengan sebutan W.S. Rendra. Dalam bukunya Stanza dan Blues (kumpulan puisi terbaik Rendra) terdapat puisi-puisi yang sangat menarik, namun disini akan dipilih tiga puisi yang berjudul Ia telah Pergi, Lagu Serdadu dan Ibunda, untuk diapresiasikan dengan pendekatan ekspresif. Ketiga judul tersebut dipilih tentunya tidak beralasan. Alasannya dipilih ketiga puisi tersebut yaitu saling berkesinambungan antara puisi satu dengan puisi yang kedua dan ketiga, yang  mengisahkan  hubungan seorang ibu dan anaknya. Pendekatan yang digunakan dalam apresiasi puisi ini yakni pendekatan ekspresif. Pendekatan eksprsif dipilih karena dalam ketiga puisi tersebut penyair menonjolkan ekspresinya baik perasaan, pemikiran, pandangan hidup yang dituangkan dalam karya-karya tersebut. Puisi Ia telah Pergi, Lagu Serdadu, dan Ibunda mencerminkan sikap hidup penyair dan perasaan penyair. Prosedur apreiasi yang digunakan pada pendekatan ekspresif yaitu pertama mengindetifikasi apa yang ingin pengarang ekspresikan (makna, isi, tema, nada, perasaan/amanat). Selanjutnya yang kedua, mengidentifikasi cara atau gaya yang berkaitan dengan apa yang ingin diekspresikan (unsur fisik puisi yang paling baik  dan ciri puisi yang cenderung digarap oleh pengarang). Pada penulisan artikel kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi puisi Ia telah Pergi, Lagu Serdadu, dan Ibunda karya W.S. Rendra, baik dari segi unsur fisik dan maupun batin, serta memahami dan menemukan keekspresifan yang diungkapkan oleh W.S Rendra dalam puisi-puisinya tersebut.


ANALISIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF
Biografi Penyair :
Willybrordus Surendra Bhawana Rendra Brotoatmojo atau yang lebih dikenal dengan W.S. Rendra  ialah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Lahir di Kampung Jayengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada 7 November 1935, pukul 17.05, Kamis-Kliwon. W.S. Rendra meninggal di Depok Jawa Barat pada 6 Agustus 2009 di usianya yang ke 73 tahun. Sejak muda, beliau menulis puisi, skenarion drama, cerpen, dan essai sastra di berbagai media masa. W.S. Rendra pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah beliau menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluku sebagai “Burung Merak” ini pada tahun 1967 mendirikan bengkel teater di Yogyakarta. Melalui bengkel teaer itu, beliau melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana. Adi Kurdi, dan lain-lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan bengkel teater di Depok pada bulan Oktober 1985.
Pembahasan puisi 1

Ia telah Pergi
Ia telah pergi
Lewat jalannya kali.
Ia telah pergo
Searah dengan mentari.
Semua lelaki ninggalkan ibu
Dan ia masuk serdadu.
Kemudia ia kembang di perang;
Dan terlentang. Bagi lain orang.
Teks puisi
Bunyi
Diksi
Citraan
Majas
Gaya/SR
Ia telah Pergi

Ia telah pergi
lewat jalannya kali.
Ia telah pergi
searah dengan mentari.
Semua lelaki ninggalkan ibu         5
Dan ia masuk serdadu.
Kemudian ia kembang di perang;
Dan terlentang. Bagi lain orang.








alit k
konso n



kt khusus

kt konkret

kt konkret
kt khusus
kt konkret


Visual
gerak

visual


taktil














repetisi
Penafsiran Pemahaman Puisi 1
Unsur Fisik
1.      Diksi
Penggunaan diksi dalam puisi Ia telah Pergi mewakili perasaan, pemikiran serta pegalaman yang dialami oleh penyair.
-          lewat jalannya kali
Pada larik puisi tersebut terdapat kata khusus pada kata jalannya kali. Jalannya kali yang dimaksud pada puisi tersebut bukan kali pada sungai. Jalannya kali yang dimaksud yaitu dengan jalan yang sudah menjadi takdirnya.
-          searah dengan mentari
Pada larik puisi tersebut terdapat diksi berupa kata konkret. Larik tersebut memiliki makna berjalan searah dengan mentari, yang dimaksud yaitu berjalan dari ujung satu ke ujung yang lain (dari timur sampai ke barat seperti matahari).
-          dan ia masuk serdadu
pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret pada kata serdadu. Serdadu yag dimaksud dalam puisi tersebut memiliki arti prajurit atau anggota tentara. Maka dalam larik tersebut memiliki makna dia liris telah memilih untuk masuk sebagai prajurit atau anggota tentara.
-          Kemudian ia kembang di perang
Pada larik puisi tersebut terdapat kata khusus pada kata kembang di perang. Larik tersebut memiliki makna dia liris telah mahir dalam melakukan perang.
-          Dan telentang. Bagi lain orang
Pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret telentang. Kata tetlentang di sini memiliki arti terbaring. Makna dari larik puisi tersebut yaitu dia liris siap  terjatuh dan terbaring mati untuk orang lain.
2.      Citraan
Citraan yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual. Terbukti pada larik Ia telah pergi yang muncul pada baris pertama dan ketiga.
3.      Gaya/Sarana Retorika
Gaya atau sarana retorika  yang digunakan pada puisi Ia telah Pergi yaitu repetisi. Repetisi muncul pada larik puisi pertama dan ketiga yang mengulang larik Ia telah Pergi.
4.      Tipografi
Tipografi yang digunakan pada puisi berjudul Ia telah Pergi menggunakan tipografi rata kiri.
            Berdasarkan analisis unsur fisi pada puisi Ia telah Pergi yang telah dianalisis, dapat dilihat  bahwa pengarang menggarap dengan baik pada bagian diksi dan citraan. Diksi yang digunakan W.S. Rendra pada puisi Ia telah Pergi membuat pembaca berimajinasi akan isi puisi tersebut yang selanjutnya menimbulkan sebuah citraan pada puisi. Hal ini dibuktikan dari kutipan larik searah dengan mentari. Dari pemilihan diksi tersebut muncul pula citraan berupa visual. Jadi, pada puisi ini dapat ditariik kesimpulan bahwa W.S. Rendra menggarap dengan baik diksi dan citraan dalam puisi untuk mengungkapkan keekspresifannya.
Unsur Batin
1.      Tema
Tema pada puisi  Ia telah Pergi adalah kesedihan seorang ibu ketika anaknya berpamitan pergi untuk menjadi seorang prajurit atau tentara.
2.      Nada
Nada yang digunakan dalam puisi Ia telah Pergi penyair mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis ketika anaknya pergi.
3.      Perasaan
Perasaan yang terkandung pada puisi Ia telah Pergi yaitu penyair mengungkapkan kesedihan yang dirasakan saat anaknya pergi untuk menjadi seorang prajurit atau tentara.
4.      Amanat
Amanat yang dpaat diambil dari puisi Ia telah Pergi karya W.S. Rendra adalah jangan bersedih ketika ditinggal seorang anak untuk meraih cita-cita. Biarkan seorang anak bercita-cita setinggi mungkin, cukup doakan semoga selalu baik-baik saja.
5.      Totalitas makna
Makna yang terdapat pada puisi Ia telah Pergi yaitu dia liris pergi untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang prajurit atau tentara untuk perang. Dia liris yang belum menikah pamit kepada sang ibu. Seiring berjalannya waktu dia liris perang dan mati untuk orang lain.
Berdasarkan unsur batin dari puisi Ia telah Pergi dapat disimpulkan bahawa penyair mencoba mengungkapkan keekspresifannya dengan mengajak pembaca merenungkan mengenai seorang ibu yang ditinggal anaknya mengejar cita-cita menjadi seorang prajurit atau tentara. Menjadi seorang prajurit atau tentara tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Pekerjaan tersebut sangat beresiko, dan seorang prajurit atau tentara harus siap mati untuk orang lain.
Pembahasan Puisi 2
Lagu Serdadu
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak!

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Dan kalau kuterlentang dengan pelor timah
cukillah ia bagi putraku di rumah.

Teks puisi
Bunyi
Diksi
Citraan
Majas
Gaya/SR
Lagu Serdadu

Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang.
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak!

Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Dan kalau kuterlentang dengan pelor timar
cukillah ia bagi putraku di rumah.


alit d
alit t, aso i, kon g

ali p, aso i

aso a
aso i, kons k
alit k, alit d, kon n
kon h, aso i


kt konkret
kt konkret



kt khusus
kt khusus
Kt konkret
Kt konkret


Visual
Visual



Taktil
taktil



metafora



repet (kami)

repetisi (Yoho, kami)

Penafsiran Pemahaman Puisi 2
Unsur Fisik
1.      Diksi
Penggunaan diksi dalam puisi Lagu Serdadu mewakili perasaan, pemikiran serta pegalaman yang dialami oleh penyair.
-          Kami masuk serdadu dan dapat senapang
Pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret pada yaitu kata serdadu dan senapang. Serdadu diatikan sebagai kan kata senapang memiliki arti pistol. Maksud dari larik puisi tersebut yaitu dia liris telah menjadi anggota tentara dan mendapat sebuah pistol.
-          Ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Pada larik puisi tersebut terdapat diksi berupa kata konkret elang dan terbang. Larik tersebut memiliki makna meskipun sang ibu bersedih, namun tugas seorang tentara yaitu berperang.
-          Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Pada larik puisi tersebut terdapat kata khusus. Pulau-pulau kita indah sekali memiliki makna khusus yang akan menimbulkan sebuah citraan imaji.
-          Wahai, tanah yang baik untuk mati!
Pada larik puisi tersebut terdapat kata khusus. Tanah yang baik untuk mati memiliki makna khusus yang akan menimbulkan sebuah citraan imaji.
-          Dan kalau kuterlentang dengan pelor timah
Pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret yaitu kuterlentang dan pelor timah. Terlentang memiliki makna terbaring atau yang dalam konteks ini diartikan mati terkena tembakan peluru.
-          Cukillah ia bagi putraku di rumah
Pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret yaitu cukillah dan rumah. Rumah memiliki arti bangunan untuk tempat tinggal.
2.      Citraan
Citraan yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual dan taktil. Citraan visual muncul pada larik :
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang.
Sedangkan citraan taktil muncul pada larik :
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali.
Wahai, tanah yang baik untuk mati!
3.      Majas
Majas yang terdapat pada puisi Lagu Serdadu yaitu majas metafora pada larik puisi ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang. Pada kutipan larik puisi tersebut memiliki makna peumpamaan elang itu adalah orang.
4.      Gaya/Sarana Retorika
Gaya atau sarana retorika yang digunakan pada puisi Lagu Sedadu yaitu repetisi. Sarana retorika repetisi muncul pada baris pertama dan kedua pada kata kami, dan repetisi pada baris ketiga dan keempat pada kata Yoho, kami.
5.      Tipografi
Tipografi yang terdapat pada puisi berjudul Lagu Serdadu karya W.S. Rendra  menggunakan tipografi rata kiri.
Berdasarkan indentifikasi mengenai unsur fisik yang terdapat pada puisi Lagu Serdadu karya W.S. Rendra, unsur fisik yang dikerjakan baik oleh pengarang adalah diksi dan citraan. Diksi pada puisi tersebut menggunkan kata-kata yang bemakna denotatif. Dari pemilihan diksi yang menggunakan makna denotatif munculnya seuah citraan yang mengikutinya. Makna denotatif pada kata khusus akan meciptakaan sebuah citraan untuk pembaca. Terbukti pada larik puisi Wahai, tanah yang baik untuk mati!, larik tersebut terdapat diksi yang sekaligus menimbulkan sebuah citraa. Jadi dapat disimpulkan pada puisi Lagu Serdadu ini W.S. Rendra menggarap baik diksi dan citraannya dalam mengungkapkan keekspresifannya.
Unsur Batin :
1.      Tema
Tema yang terkandung dalam puisi Lagu Serdadu adalah seorang anak yang sudah menjadi  prajurit atau tentara.
2.      Nada
Nada yang digunakan penyair pada puisi Lagu Serdadu , mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis akan kecemasan seorang ibu terhadap ankanya yang sudah menjadi prajurit atau tentara.  
3.      Perasaan
Perasaan yang terkandung pada puisi Lagu Serdadu yaitu penyair mengungkapkan kesedihan sekaligus bangga. Kesedihan muncul karena harus meninggalkan keluarga di rumah. Kebanggaan juga terdapat pada puisi tersebu karena telah menjadi seorang prajurit atau tentara yang bertaruh nyawa demi negara tercinta.
4.      Amanat
Amanat yang dapat diambil dari puisi Lagu Serdadu  karya W.S. Rendra adalah jangan meremehkan pekerjaan seorang prajurit atau tentara yang bertaruh nyawa demi negara. Hargai para pejuang bangsa.
5.      Totalitas makna
Makna yang terdapat pada puisi Lagu Serdadu  yaitu dia liris telah menjadi seorang prajurit atau sering biasa disebut tentara. Suatu kebanggan tersendiri manjadi seorang tentara, namun juga terdapat pula kesedihan karena harus meninggalkan keluarga di rumah. Sang ibu berdoa agar jika suatu saat anaknya jangan sampai terkena peluru jika kembali ke rumah.
Dari penafsiran puisi Lagu Serdadu karya W.S. Rendra dapat disimpulkan bahwa penyair menyampaikan kesekpresifannya melalui mengajak pembaca membayangkan kecemasan seorang ibu yang ditinggal anaknya  menjadi seorang prajurit atau tentara. Pekerjaan tersebut tentunya harus siap mati untuk negara kapanpun dan dimanapun berada. Seorang ibu hanya bisa mendokan semoga sang anak selalu baik-baik saja dan semoga tidak terkena tembakan dari peluru lawan.


Pemahaman Puisi 3
Ibunda

Engkau adalah bumi, mama
aku adalah angin yang kembara
Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.

Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi.
Cinta dan korban tak bisa dibagi.

Teks puisi
Bunyi
Diksi
Citraan
Majas
Gaya/SR
Ibunda

Engkau adalah bumi, Mama
aku adalah angin yang kembara
Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.

Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi.
Cinta dan korban tak bisa dibagi.




alit a
alit a
alit a, aso u

alit k,w,aso i
aso i
aso a, alit b
alit d, aso a,kon n


Kt simbol
Kt konkret
Kt simbol





Kt konkret


Taktil
Taktil
Visual
Taktil

Gerak
Gerak
Visual
taktil


metafora

metafora




metafora




repetisi
tautologi

hiperbola

Penafsiran Pemahaman Puisi 3
Unsur Fisik
1.      Diksi
Penggunaan diksi dalam puisi Ibunda  mewakili perasaan, pemikiran serta pegalaman yang dialami oleh penyair.
-          Engkau adalah bumi, Mama
Pada larik puisi tersebut terdapat kata simbol pada kata engkau. Engkau  yang dimaksud pada puisi tersebut ialah ibunda.
-          aku adalah angin yang kembara
Pada larik puisi tersebut terdapat diksi angin yang kembara yang memiliki makna aku liris adalah sosok seperti angin yang pergi kemana-mana tanpa tujuan dan trmpat tinggal yang pasti.
-          Engkau adalah kesuburan
pada larik puisi tersebut terdapat kata simbol pada kata engkau. Engkau yang dimaksudkan pada larik puisi tersebuy yaitu ibunda.  
-          Cinta dan korban tak bisa dibagi
Pada larik puisi tersebut terdapat kata konkret pada kata cinta. Larik puisi tersebut menjelaskan bahwa cinta seorang ibu tidak bisa dibagi oleh apapun.
2.      Citraan
Citraan yang mucul pada puisi tersebut yaitu citraan visual. Terbukti pada larik engkau adalah kesuburan, dan kerna wajah bunda adalah bumi. Selain itu terdapat pula citraan taktil, pada larik aku adalah angin yang kembara dan cinta dan korban tak bisa dibagi.
3.      Majas
Pada puisi Ibunda karya W.S. Rendra terdapat majas metafora. Terbukti pada larik puisi
Engkau adalah bumi, Mama yang dimaksud engkau disini adalah ibunda. Selain itu terbukti pula pada larik
Engkau adalah kesuburan
Kerna wajah bunda adalah bumi.
4.      Gaya/Sarana Retorika
Gaya atau sarana retorika  yang digunakan pada puisi Ibunda karya W.S. Rendra yaitu repetisi, tautologi, dan hiperbola. 
5.      Tipografi
Tipografi yang digunakan pada puisi berjudul Ibunda menggunakan tipografi rata kiri.
            Berdasarkan analisis unsur batin pada puisi Ibunda, pengarang menggarap dengan baik pada bagian diksi dan citraan. Diksi yang digunakan W.S. Rendra pada puisi Ibunda membuat pembaca berimajinasi akan isi puisi tersebut yang selanjutnya menimbulkan sebuah citraan pada puisi.  Terbukti pada larik puisi engkau adalah bumi, Mama dari larik tersebut kata engkau memiliki makna ibunda, yang selanjutnya muncul citraan taktil. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa W.S. Rendra dalam mengungkapkan keekspresifannya lebih menonjolkan ke diksi dan citraan pada sebuah puisi.
Unsur Batin
1.      Tema
Tema yang terkandung dalam puisi Ibunda adalah penggambaran sosok seorang ibu yang sangat dikagumi.
2.      Nada
Nada yang digunakan penyair mengungkapkan perasaan yang dialami oleh penulis akan kasih sayang seorang ibu.  
3.      Perasaan
Perasaan yang terkandung pada puisi Ibunda yaitu penyair mengungkapkan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan arti kehadiran sosok ibu dalam kehidupan nyata. 
4.      Amanat
Amanat yang dpaat diambil dari puisi Ibunda karya W.S. Rendra adalah kasih sayang seorang ibu tidak terhingga sepanjang  masa. Jarak  tidak pernah menghalangi kasih sayang dari seorang ibu.
5.      Totalitas makna
Makna yang terdapat pada puisi Ibunda yaitu aku liris ingin menyampaikan bagaimana sosok seorang ibu yang begitu hebat dan teramat aku liris sayangi.
Berdasarkan unsur batin dari puisi Ibunda dapat disimpulkan bahwa penyair mencoba mengungkapkan keekspresifannya dengan mengajak pembaca merenungkan mengenai kasih sayang seorang ibu tidak dapat terbagi oleh apapun. Meski jarak memisahkan antara anak dan ibu, namun kasih sayang yang sosok ibu berikan tidak akan pernah hilang ataupun pudar.
PENUTUP
Rangkuman:
Dari analisis tiga puisi Ia telah Pergi, Lagu Serdadu dan Ibunda karya W.S. Rendra dengan pendekatan ekspresif, terlihat bentuk kekspresian yang diciptakan oleh penyair W.S. Rendra. Bentuk pengekspresian puisi-puisinya dijelaskan sebagai berikut :
1.      Pada puisi pertama yaitu: Ia telah Pergi dilihat dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang terdapat pada puisi tersebut, W.S. Rendra ingin menyampaikann keekspresifannya melalui cara mengajak pembaca merenungkan akan perasaan seorang ibu yang ditinggal anaknya menjadi seorang  prajurit atau tentara yang siap mati untuk orang lain. Sedangkan pada identifikasi gaya atau cara penyair mengungkapkan sifat keekspresifan puisi Ia telah Pergi dengan lebih menonjolkan diksi  atau pemilihan kata untuk menyampaikan apa yang difikirkan dan dirasakan. Penyair menggunakan diksi dalam menuliskna sebuha puisi, hingga selanjutnya memunculkan sebuah citraan dari larik demi larik puisi tersebut.
2.      Pada puisi kedua yaitu: Lagu Serdadu dilihat dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang terdapat pada puisi tersebut, W.S. Rendra menyampaikan keekspresifannya melalui cara mengajak pembaca merasakan kecemasan seorang ibu ketika anaknya menjadi seorang prajurit atau tentara. Doa seorang ibu ketika anaknya berjuang di medan perang supaya tidak tertembak oleh lawan. Sedangkan pada identifikasi gaya atau cara penyair megekspresikan puisi Lagu Serdadu, dengan lebih menonjolkan diksi atau pemilihan kata untuk menyampaikan apa yang difikirkan dan dirasakan. Penggunaan diksi dalam menuliskan sebuah puisi Lagu Serdadu tentu juga memunculkan sebuah citraan.
3.      Pada puisi ketiga yaitu: Ibunda dilihat dari segi unsur batin berupa tema, nada, perasaan, dan amanat yang terdapat pada puisi tersebut, W.S. Remdra menyampaikan keekspresifannya melalui cara dengan mengajak pembaca merenungkan mengenai kasih sayang ibu yang tidak tergantikan oleh apapun. Kasih sayang seorang ibu akan tetap ada dimanapun kita berada. Sedangkan pada identifikasi gata atau cara panyair mengekspresikan puisi Ibunda, penyair menonjolkan dan menggarap baik diksi atau pemilihan kata untuk menyampaikan apa yang difikirkan dan dirasakan. Penyair menggunakan diksi dalam menulis sebuah larik demi larik puisi untuk menonjolkan keekspresifannya. Dari penggunaan dan pemilihan diksi yang tepat itulah menimbulkan sebuah citraan.
Identifikasi dari unsur fisik yang menjadi ciri atau gaya W.S. Rendra dalam mengekspresikan puisi-puisinya, penyair lebih menonjolkan dan menggarap dengan baik diksi atau pemilhan kata dalam puisi. Selain itu penggunan diksi yang baik memunculkan sebuah citraan pada setiap karya puisinya.
Kesimpulan
Dari ketiga puisi karya Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang sering dikenal dengan W.S. Rendra dalam kumpulan puisinya Stanza dan Blues (Kumpulan Puisi Terbaik Rendra) yang dianalisis menggunakan pendekatan ekspresif. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga puisi tersebut memiliki keterkaitan makna antara puisi yang satu dengan dua puisi yang lain. Ketiga puisi tersebut menggambarkan tentang hubungn seorang ibu dan anak. Penyair ingin mengajak pembaca merasakan yang diekspresikan penyair dalam ketiga puisi yaitu: Ia telah Pergi, Lagu Serdadu dan Ibunda, sesuai yang difikirkan dan dirasakan oleh penyair. Dari gaya atau cara di dalam puisi-puisinya, W.S. Rendra lebih banyak menggunakan diksi atau pemilihan kata untuk pengekspresifannya dalam karya sastra. Selain itu, dari pemilihan kata atau diksi yang digunakan memunculkan sebuah citraan bagi pembaca. Hal inilah yang menjadikan ciri khas W.S. Rendra dalam menyampaikan keekspresifannya pada sebuah karya sastra terutama puisi, dengan meonojolkan diksi atau pemilihan kata dan citraan.
Selain itu dari segi unsur batin, didapatkan pengalaman batin, manfaat ataupun renungan yang dapat dipetik dari ketiga karya tersebut. Diantaranya yaitu jangan bersedih ketika seorang anak pergi untuk meraih cita-citanya, cukup doakan sang anak dimanapun ia berada. Doa dari ibu tidak pernah terhalang oleh jarak apapun. Kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ada habisnya menjadikan penguat untuk anak yang sedang meraih cita-citanya.
DAFTAR RUJUKAN
Rendra, W.S. 2016. Stanza dan Blues (Kumpulan Puisi Terbaik Rendra). PT Bentang Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar