PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA BAYI, AWAL MASA KANAK-KANAK, AKHIR MASA KANAK-KANAK,
MASA REMAJA, MASA DEWASA DINI, USIA MADYA DAN USIA LANJUT
oleh
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
November
2017
TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL
Menurut Hurlock (1997:250)
perkembangan sosial berarti “Perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan
sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Di
antaranya adalah belajar berperilaku
yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima,
dan perkembangan sifat sosial. Perkembangan
sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama (Susanto, 2012:40).
1.
Perkembangan Perilaku Sosial pada
Masa Bayi
Perilaku sosial dini mengikuti pola yang
cukup dapat diramalkan meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena
keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat bayi
dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang mengurus
kebutuhan fisiknya, nyatanya bayi bisa ditenangkan baik oleh botol air panas,
bantal yang empuk, maupun oleh belaian-belaian manusia. Tetapi sekitar usia
enam bulan timbul senyum sebagai reaksi terhadap rangsang perabaan yang
dikenakan pada bibir yang menimbulkan refleks senyum dan ini dianggap sebagai
permulaan dan sosialisasi. Pola reaksi sosial kepada dewasa berbeda dengan
reaksi sosial kepada bayi-bayi lain, reaksi sosial pertama ditujukan kepada
orang dewasa, sedangakn reaksi sosial kepada bayi-bayi lain timbul kemudian (Hurlock, 1997:86).
Selama tahun pertama masa bayi, bayi
dalam keadaan seimbang
yang membuat ia ramah, mudah dirawat dan menyenangkan. Sekitar pertengahan
tahun kedua, keseimbangan berubah menjadi ketidakseimbangan sehingga bayi menjadi
rewel, tidak kooperatif dan sulit dihadapi. Sebelum masa bayi berakhir
keseimbangan kembali lagi dan bayi kembali memperlihatkan perilaku yang
menyenangkan dan perilaku sosial.
a. Reaksi
Perkembangan Sosial Bayi Kepada Orang Dewasa
1. Dua
sampai tiga bulan
Bayi dapat
membedakan manusia dan benda mati dan bayi tahu bahwa manusialah yang memenuhi
kebutuhannya. Bayi puas bila berada bersama manusia dan tidak senang kalau
ditinggal sendiri. Pada usia ini bayi tidak menunjukkan rasa lebih menyukai
satu orang tertentu dibandingkan dengan orang-orang lain.
2. Empat
sampai lima bulan
Bayi ingin
digendong oleh siapa saja yang mendekatinya. Ia memberikan reaksi yang berbeda,
kepada wajah-wajaah yang tersenyum, suara-suara yang ramah, dan suara-suara yang
menunjukkan amarah.
3. Enam
sampai tujuh bulan
Bayi membedakan
“teman” dan “orang asing” dengan
tersenyum pada yang pertama dan memperlihatkan ketakutan akan kehadiran pada
yang terakhir. Ini merupakan awal dari “masa terikat” yaitu masa di mana bayi
menunjukkan keterikatan yang kuat kepada ibunya atau ibu pengganti dan
berkurangnya keramahtamahan.
4. Delapan
sampai sembilan bulan
Bayi mencoba
meniru kata-kata, isyarat dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain.
5. Dua
belas bulan
Bayi bereaksi
terhadap larangan “jangan-jangan”
6. Enam
belas sampai delapan belas bulan
Negativisme,
dalam bentuk keras kepala tidak mau mengikuti permintaan atau perintah dari
orang dewasa ditunjukkan dengan perilaku menarik diri atau ledakan amarah.
7. Dua
puluh dua sampai dua empat bulan
Bayi bekerja
sama dalam sejumlah kegiatan rutin seperti berpakaian, makan,dan mandi.
b. Reaksi
Perkembangan Sosial Bayi Kepada Bayi-Bayi Lain
1. Empat
sampai lima bulan
Bayi mencoba
menarik perhatian bayi atau anak lain dengan melambungkan badan ke atas dan ke
bawah, menendang, tertawa atau bermain dengan ludah.
2. Enam
sampai tujuh bulan
Bayi tersenyum
kepada bayi lain dan menunjukkan minat terhadap tangisannya.
3. Sembilan
sampai tiga belas bulan
Bayi mencoba meremasi pakaian dan
rambut bayi-bayi lain, meniru perilaku dan suara mereka dan bekerja sama dalam
menggunakan mainan meskipun ia cenderung bingung bila bayi lain mengambil salah
satu mainannya.
4. Tiga
belas sampai delapan belas bulan
Berebut mainan
sekarang berkurang dan bayi lebih bekerja sama dalam bermain dan mau berbagi
rasa.
5. Delapan
belas sampai dua puluh empat bulan
Bayi lebih
berminat dengan bayi lain dan menggunakan bahan-bahan permainan untuk membentuk
hubungan sosial dengannya.
c.
Awal
Tumbuhnya Minat Dalam Bermain
Terdapat
ciri-ciri bermain tertentu yang khusus dalam masa bayi yang berbeda dari
permainan anak muda belia dan pasti berbeda dengan ciri-ciri bermain anak-anak
yang lebih besar dan orang dewasa. Dalam permainan bayi tidak terdapat
aturan-aturan.
Sepanjang
masa bayi permainan lebih merupakan bentuk permainan sendiri dan tidak bersifat
sosial. Bahkan ketika bermain dengan ibu menurut Stone, bayi “seringkali
sebagai pemainnya, sedangkan ibu adalah pemainnya. Pada waktunya, ibu dan anak
berganti-ganti menjadi pemain dan objek”. Kalau bayi berada dengan bayi lain
atau anak lain hanya sedikit terjadi interaksi atau kerja sama. Yang terjadi
adalah “permainan monoton”, yaitu bayi melihat apa yang dilakukan oleh orang
lain. Kalaupun terjadi interaksi, terutama berupa perilaku merebut atau
merampas mainan bayi lain. Jarang atau bahkan tidak ada perilaku sosial memberi
dan menerima.
d.
Nilai
Bermain dalam Masa Bayi
Kemampuan
untuk menyenangkan diri sendiri dan menolong diri sendiri, belajar dalam
hubungannya dengan bermain dibawa terus kebidang-bidang lain ketika anak
bertambah besar. Kepercayaan diri yang timbul karena dapat mandiri membantu
anak untuk mengatasi berbagai masalah yang harus dihadapi kelak.
Bermain
juga mendorong kreativitas. Meskipun kreativitas masih dalam bentuknya yang
sederhana dalam masa bayi, tetapi kepuasan yang diperoleh individu dari
kesempatan dan dorongan untuk melakukan apa-apa secara kreatif dapat memberikan
rangsangan bagi kreativitasnya lebih lanjut pada saat anak keluar dari lingkungan
masa bayi yang terbatas dan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk melakukan
sesuatu secara orisinal.
Meskipun
banyak permainan dalam masa bayi yang bersifat menyendiri, beberapa diantaranya
dimainakan bersama orang lain terutana anggota keluarga. Belajar bermain dengan
orang lain mendorong bayi bekerja sama dan tidak mementingkan dirinya sendiri,
hal ini penting bagi hubungan sosial yang baik apabila masa bayi menjelang
berakhir. Sebagaimana halnya dengan dasar-dasar lain, kalau dasar bekerja sama secara
baik diberikan dalam masa baik, maka penyesuaian diri pada tuntutan masa
kanak-kanak akan lebih mudah dihadapi.
2.
Perkembangan Sosial pada Awal Masa Kanak-Kanak
Menurut
Somantri (2006:42) salah satu ciri berkembangnya aktivitas sosial pada masa
kanak kanak awal ini ditandai dengan adanya hubungan atau kontak sosial baik
dengan keluarga maupun dengan orang-orang di luar keluarganya terutama dengan
anak-anak seusianya. Mulai belajar untukn menyesuaikan diri dan bekerja sama
dengan teman-temannya
Hurlock (1997:117) salah satu tugas
perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan
pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota “kelompok” dalam
akhir masa kanak-kanak. Jadi masa awal kanak-kanak sering disebut sebagai masa
prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan meningkatnya hubungan
antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak tidak hanya
lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting
daripada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun
hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih
baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik.
Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih
mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih popular daripada anak yang
interaksi sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan
diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh
tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada
periode ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis dsripada
hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
a.
Pola
Sosialisasi Awal
Antara
usia 2 dan 3 tahun, anak menunjukan minat yang nyata untuk melihat anak-anak
lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal sebagai
bermain sejajar. Yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak
yang lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat
perkelahian, bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan bentuk kegiatan sosial
yang pertama-tama dilakukan dengan teman sebaya.
Perkembangan
berikutnya adalah bermain asosiatif, dimana anak terlibat dalam kegiatan yang
menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan meningkatnya kontak sosial, anak
terlibat dalam bermain kooperatif , dimana ia menjadi anggota kelompok dan
saling berinteraksi.
Sekalipun anak
sudah mulai bermain dengan anak lain, ia masih sering berperan sebagai
penonton, mengamati anak lain bermain tetapi tidak berusaha benar-benar bermain
dengannya. Dari pengalaman mengamati ini, anak muda belia belajar bagaimana
anak lain mengadakan kontak sosial dan bagaimana perilakunya dalam pelbagai
situasi sosial.
b.
Pola
Perilaku Sosial dan Tidak Sosial
1.
Pola Sosial
·
Meniru
Agar sama dengan
kelompok anak meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi
·
Persaingan
Keinginan untuk
mengungguli dan mengalihkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat
tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan
anak-anak di luar rumah.
·
Kerja Sama
Pada akhir tahun
ketiga bermain kooperatif dan kegiatan berkelompok mulai berkembang dan
meningkat baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung bersamaan dengan
meningkatnya kesematan untuk bermain dengan anak lain.
·
Simpati
Karena simpati
membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain meka hal
ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain
semakin cepat simpati akan berkembang.
·
Empati
Seperti halnya
simpati, empati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang
lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri
sendiri di tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan
hal ini sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
·
Di lingkungan sosial
Menjelang
berakhirnya awal masa kanak-kanak, dukungan dari teman-teman menjadi lebih
penting daripada persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku nakal dan mengganggu merupakan cara
untuk memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.
·
Membagi
Dari pengalaman
bersama orang-orang lain, anak mengetahui bahwa salah satu cara untuk
memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya (terutama mainan)
untuk orang lain. Lambat laun sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi
sifat murah hati. Anak yang pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari hubungan
yag hangat, erat, dan personal dengan orang lain berangsur-angsur memberikan
kasih sayang kepada orang di luar rumah seperti guru, atau benda benda mati
kegemarannya, atau bahkan selimut. Benda benda ini disebut objek kesayangan.
2. Pola
tidak social
·
Negativisme
Negativisme atau
melawan otoritas orang dewasa mencapai puncaknya antara usia tiga dan empat
tahun dan kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun berubah menjadi
perlawanan verbal. Dan pura-pura tidak mendengar atau tidak mengerti permintaan
orang dewasa.
·
Agresif
Perilaku ini
meningkat antara usia 2 dan 4 tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan
fisik mulai berganti dengan serangan-serangan verbal dalam bentuk memaki maki
atau menyalahkan orang lain.
·
Perilaku berkuasa
Perilaku
berkuasa atau merajai mulai sekitar usia 3 tahun dan semakin meningkt dengan
bertambah banyaknya untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih meraja
daripada anak laki-laki.
·
Memikirkan diri sendiri
Karena cakrawala
sosial anak terutama terbatas di rumah, maka anak seringkali memikirkan dan
mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku
memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat
sedikit.
·
Mementingkan diri
sendiri
Seperti halnya
perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku mementingkan diri sendiri lambat
laun diganti oleh minat dan perhatian kepada orang-orang lain. Cepatnya
perubahan ini bergantung pada banyaknya kontak dengan orang-orang di luar
rumah, dan berapa besar keinginan mereka untuk diterima oleh teman-teman.
·
Merusak
Ledakan amarah
sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda disekitarnya. Tidak peduli
miliknya sendiri atau milik orang lain. Semakin hebat amarahnya semakin luas
tindakan merusaknya.
·
Pertentangan Seks
Sampai 4 tahun
anak laki-laki dan perempuan bermain bersama-sama dengan baik. Setelah SD anak
laki-laki mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki aktivitas bermain
yang dianggap sebagai “banci”. Banyak anak laki-laki yang berperilaku agrasif
yang melawan anak perempuan.
·
Prasangka
Sebagian besar
anak prasekolah lebih suka bermain dengan teman-teman yang berasal dari ras
yang sama tetapi mereka jarang menolak bermain dengan anak anak ras lain.
Prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau sosial ekonomi,
tetapi lebih lambat dari prasangka seks.
c.
Bentuk
perilaku awal dalam pelbagai situasi social
Bentuk perilaku
sosial yang paling penting untuk penyesuaian sosial yang berhasil tampak dan
mulai berkembang dalam periode ini. dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak
bentuk penyesuaian sosial ini belum sedemikian berkembang sehingga belum
memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman-temannya.
Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang kritis karena pada masa
inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk. Dalam penelitian
longitudinal terhadap sejumlah anak, Waldroo dan Halverson melaporkan bahwa
anak yang pada usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara sosial akan terus
bersikap seperti itu sampai usia 7,5 tahun. Mereke menyimpulkan bahwa sikap
sosial pada 7,5 tahun diramalkan oleh sikap sosial pada 2,5 tahun.
3.
Perkembangan Sosial pada Akhir Masa kanak-kanak
a.
Pengelompokan
Sosial Dan Perilaku Sosial Pada Masa Akhir Kanak-Kanak
Menurut Hurlock (1997:155) akhir
masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa “usia berkelompok” karena ditandai
dengan minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang
kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila
tidak dengan teman-temanya. Dua ataupun tiga teman tidak cukup baginya, anak
ingin bersama kelompoknya karena dengan demikian cukuplah teman bermain dan
berolahraga dan dapat memberikan kegembiraan.
Ciri-Ciri Geng Anak-Anak:
1. Geng
anak-anak merupakan kelompok bermain
2. Untuk
menjadi anggota geng, anak harus diajak
3. Anggota
geng terdiri dari jenis kelamin yang sama
4. Pada
mulanya geng terdiri dari tiga sampai empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat sesuai dengan bertambah
besarnya anak dan bertambahnya minat pada
olahraga
5. Kegiatan
geng yang popular meliputipermainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan
berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
6. Geng
biasanya mempunyai tempat pertemuan yang jauh dari pengawasan orang dewasa
7. Sebagian
besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai
pakaian yang sama
8. Pemimpin
geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada
anggota yang lain.
Efek Dari Keanggotaan Kelompok
keanggotaan kelompok dapat
menimbulkan akibat yang kurang baik terhadap anak-anak, yang dapat mengganggu
prosess sosialisasi.
1.
Menjadi anggota geng
sering kali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap
standar orang tua. Dengan demikian pengaruhnya anggota geng terhadap orang tua anak
lebih banyak menghabiskan waktu dengan gengnya daripadfa dengan keluarga.
Sehingga anak tidak melaksanakan tugas tugas rumah dan tanggung jawabnya
terhadap keluarga.
2.
Permusuhan antara anak
laki-laki dan perempuan makin meluas. Meskipun geng anak-anak biasanya terdiri
dari anak-anak sejenis beberapa anak lebih menyukai seorang lawan jenis sebagai
temandan mengganggap permainan dari lawan jenis lebih menyenangkan. Tetapi kadang pula takut kalau-kalau sikapsikap yang tidak
menyenangkan timbul dari anggota kelompoknya.
3.
Kecenderungan anak yang
lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda.pada mulanya
prasangka tidak berbentuk diskriminasi
dan penolakan terhadap anak yang berbeda. Tetapi cenderung menyukai anak-anak
yang sama dengan diriny. Juga diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial
dan selanjutnya pada saat anak menjelang masa puber berdasarkan pada perbedaan
agama dan sosial ekonomi
4.
Cara anak memperlakukan
anak-anak yang bukan anggotanya, sekali anak telah membentuk geng mereka
seringkali bersikap kejam terhadap anak–anak yang bukan geng mereka. Banyak
rahasia yang disekitar geng dimasukkan untyuk menjauhkan anak yang tidak
disenangi. Biasanya kecenderungan untuk kejam dan tidak berperasaan terhadap
orang lain mencapai puncaknya ketika berumur 11 tahun.
b.
Teman
Pada Masa Akhir Kanak-Kanak
Salah
satu ciri berkembangnya aktivitas sosial pada masa kanak-kanak menurut Somantri
(2006:42) awal ini ditandai dengan adanya hubungan atau kontak sosial baik
dengan keluarga maupun dengan orang-orang di luar keluarganya terutama dengan
anak-anak seusianya. Mulai belajar untukn menyesuaikan diri dan bekerja sama
dengan teman-temannya
Anak
laki-laki cenderung mempunyai hubungan
teman sebaya yang lebih luas daripada anak perempuan.ia lebih suka bermain
berkelompok daripada bermain satu atau dua anak. Sebaliknya , hubungan sosial
hubungan anak perempuan lebih intensif dalam arti bahwa ia lebih sering bermain
dengan satu atau dua daripada dengan seluruh kelompok (Hurlock 1997:165)
Banyak
factor yang menentukan pemilihan teman. Biasanya yang dipilih adalah yang
dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan. Karena daya
tarik fisik mempengaruhi kesan pertama, anak cenderung memilih mereka yang berpenampilan menarik menjdi teman bermain
dan sebagai teman baik.
Sifat-sifat
kepribadian penting dalam memilih teman, apakah sebagai teman bermain ataupun
sebagai teman baik. Anak yang lebih
besar member nilai tinggi pada gegembiraan, keramahan, kerjasama, kebaikan
hati, kejujuran, dll. Menjelang masa kanak-kanak berakhir, anak lebih menyukai
teman dari latar belakang sosial ekonomi, ras, dan agama yang sama, khususnya
sebagai teman baik.
1.
Perlakuan Teman
Perlakuan
yang kurang baik tidak hanya ditujukan kepada anak yang bukan anggota kelompok.
Didalam kelompok juga sering terjadi perkelahian, dan saling tidak berbicara
antar anggotanya. Banyak perkelahian yang berakhir dengan persahabatan kembali,
tetapi ada juga yang tak terselesaikan.
Pola
yang sama juga terdapat dalam persahabatan
anak-anak, sehingga sifat persahabatan jarang yang tetap. Bisa juga terjadi
peralihan dari teman akrab menjadi musush, dan dari kenalan bisa menjadi
sahabat. Hal ini sering kali bersifat cepat dan tanpa alas an.alasan yang
sering membuat anak berganti teman adalah pertengkaran, kesukaan memerintah,
ketidak setiaan, kecurangan, kesombongan dan ketidak cocokan. Namun, semakin
anak bertambah usia maka persahabatan menjadi lebih setabil.
2.
Status Sosiometris
Adalah
status yang mereka senangi pada kelompok
sosial, tetapi juga status sosiometris dari teman-teman sebayanya. Mereka
mengerti bahwa beberapa teman diterima dan disukai oleh teman-teman yang lain,
sedangkan beberapa orang lagi hanya sekadarnya saja, dan
beberapa lagi ditolak atau dengan sendirinya mengundurkan diri dari kelompok.
Tingkat
penerimaan yang digemari anak
dipengaruhi oleh metode pelatihan anak-anak yang digunakan oleh orang
tua. Anak dari keluarga yang demokratis lebih disukai daripada anak dari
didikan otoriter dan/atau lunak. Anak yang menarik pada umumnya lebih diterima
daripada anak yang kurang menarik, alasanya adalah banyak orang lebih cenderung
menghubungkan banyaknya sifat yang
baik dan sedikitnya sifat anti
sosial kepada anak yang menarik daripada
anak yang kurang menarik.
Keterampilan
dan kompetensi sosial juga mempengaruhi status sesiometris anak. Anak yang popular lebih pandai mencari teman. Anak-anak yang
dilatih dalam keterampilan menjalin persahabatan menunjukkkan bahwa
kemajuan yang dicapai oleh kelompok yang dilatih lebih menonjol dibandingkan kelompok yang tidak dilatih.
Sekali
status sesiometris dalam kelompok terbentuk, maka hal ini cenderung tetap. Di
kelas lima atau enam kemungkinan untuk
untuk merubah status sosiometris seseorang dalam kelompok yang sama
semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama anak telah berbuat
perilaku tertentu , dan sekali kebiasaan ini telah terbentuk, maka akan
cenderung menetap. Kedua, anak memperoleh reputasi dan mempengaruhi peilaian
teman-teman terhadap dirinya. Ketika anak dikenal tidak sportif atau kurang
matang, reputasi ini tidak hanya tersebar antar anggota kelompok, tetapi juga cenderung menetap sekalipun ai telah
merubah perilakunya.
c.
Pemimpin
Pada Akhir Masa Kanak-Kanak
Pada
kelompok ia tidak hanya disukai sebagian
besar kelompoknya, tetapi juga memiliki cirri-ciri yang dikagumi. Namun,
keterampilan saja tidaklah cukup. Anak yang berperan sebagai pemimpin juga
harus mempunyai sifat sportif, kerjasama yang baik, murah hati, dan jujur.
Bila
peran pemimpin tadak memenuhi kebutuhan anak atau kebutuhan anggota maka
terjadi pergantian pemimpin, dilain pihak ketika pemimpin memuaskan anggota
kelompok dan diri sendiri maka pemimpin akan tetap bertahan.
4.
Perkembangan Sosial pada Masa
Remaja
Menurut Hurlock (1997:213), salah satu tugas
perkembangan remaja yang tersulit adalah penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikn diri dengan lawan jenis yang sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan dengan lingkungan dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi tersebut, remaja harus membuat
banyak penyesuaian baru utamanya, adalah pada prihal penyesuaian diri dengan
meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,
pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan,
nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, nilai-nilai baru dalam
seleksi pemimpin. Berikut ini ialah penjelasan dari poin-poin tersebut:
1. Kuatnya
pengaruh Kelompok Sebaya
Dapat
diketahui bahwa remaja lebih banyak berada di luar rumah bersma teman-teman
sebaya sebagai kelompok. Oleh karena itu, pengaruh teman-teman sebaya pada
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka
memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang popular,
maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. demikian pula
jika anggota kelompok mencoba minuman beralkohol, obat-obatan terlarang atau
rokok maka, remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan akibanya bagi
dirinya sendiri. Horrocks dan Bennimof dalam Hurlock menjelaskan pengaruh kelompok
sebaya pada remaja sebagai berikut:
Kelompok sebaya
merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung dimana ia dapat
menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya; di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar
dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang
justru ingin diihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula
muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku
bukanlah nilai-nilai yag ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman
seusianya. Jadi dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk
memperjuangkan emansipasi dan disitu pulalah ia dapat menemukan dunia yang
memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya.
Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan. Utama bagi anak-anak belasan
tahun. Berdasarkan alasan tersebut kelihatanlah kepentingan vital masa remaja
bagi remaja bahwa kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari
teman-temanya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri bergantung.
Keremajaan itu
selalu berjalan maju. Oleh karena itu, pengaruh kelompok sebaya itu akan mulai
berkurang. Berikut adalah dua faktor yang mempengaruhinya:
a. Sebagian
besar remaja ingin menjadi individu yang berdiri di atas kaki sendiri dan ingin
dikenal sebagai individu yang mandiri.
b. Faktor
pemilihan sahabat. Remaja tidak lagi berminat dalam berbagai kegiatan besar
seperti pada waktu berada pada masa kanak-kanak. Para remaja memiliki
kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman karena kegiatan sosial kurang
berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat.
2. Perubahan
dalam Perilaku Sosial
Perubahan
sikap dan perilaku sosial yang paling menonjol terjadi adalah di bidang
hubungan heteroseksual. Dalam waktu singkat, remaja megadakan perubahan
radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih
menyukai teman dari lawan jenisnya. Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan
dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama
tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas. Dengan meluasnya kesempatan untuk
melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial akan
sewmakin membaik pada remaja yang lebih besar. Demikian pula semakin banyak
paertisipasi sosial semakin besar kompetensi sosial remaja, seperti terlihat
dalam kemampuan berdansa, dalam mengadakan pembicaraan, dalam olahraga,
dalam permainan yang popular dan berperilaku baik dalam berbagai situasi
sosial. Selain itu, bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama
masa remaja sanghat dipengaruhi oleh
lingkungan dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku
rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Remaja sebaigai kelompok, cenderung lebih
“pemilih-milih” dalam memilih rekan dan teman-teman baik dibandingkan ketika
masih kanak-kanak .
3. Pengelompokan
Sosial Baru
Geng
pada masa kana-kanak berangsur-angsur bubar pada masa puberdan awal masa remaja
ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain yang melelahkan menjadi
minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan kurang melelahkan. Maka
terjadi pengelompokkan sosial baru. Pengelompokkan sosial anak laki-laki
biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan dengan
pengelompokkan anak perempuan yang kecil
dan terumus secara lebih pasti. Berikut pengelompokkan sosial yag paling sering
terjadi selama masa remaja:
a. Teman
Dekat
Remaja biasanya
mempunyai dua atau tiga teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama
seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling
mempengaruhi satu sama lain meskipun kadang kadang juga bertengkar.
b. Kelompok
Kecil
Kelompok ini
biasanya n beberapa teman terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian terdiri
dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya meliputi kedua jenis seks
c. Kelompok
Besar
Kelompok besar
yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang
dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan. Kaena kelpmpok ini besar
maka, penyesuaian minat berkurang diantara anggota-anggotanya sehingga terdapat
jarak sosial yang lebih besar diantara mereka.
d. Kelompok
yang Terorganisir
Kelompok pemuda
yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau
kelompok besar. banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur
dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun.
e. Kelompok
Geng
Remaja yang tidak
termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok
yang terorganisir mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya
terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi
penolakan teman9teman melalui perilaku antisosial.
Dengan berlangsungnya masa remaja, terdapat
perubahan terhadap beberapa perubaha terhadap beberapa pengelompokkan sosial
yakni sebagai berikut:
a. Kelompok
yang terorganisir yang kegiatannya direncanakan dan diawasi oleh orang dewasa,
dengan cepat menurun karena remaja yang dewasa an merdeka tidak mau diperintah.
b. Kelompok
yang terlalu banyak anggota cenderung bubar pada akhir masa remaja dan
digantikan dengan kelompok-kelompok kecil yang hubungannya tidak terlampau
akrab. Hal ini terutama terdapat pada remaja yang bekerja setelah menyelesaikan
sekolah menengah atas.
c. Pengaruh
dari kelompok geng cenderung meningkat selama masa remaja. Perilaku ini sering
diungkapkan dengan perilaku pelanggaran yang dilakukan oleh anggota-anggota
geng seperti diterangkan oleh friedman dan kawan-kawan dalam Hurlock (1997:215)
Kekuasaan mempengaruhi
anggota-anggota geng jalanan hampir menuntut pengawasan mutlak dari kelompok
terhadap perilaku seseorang. Hanya diperlukan
sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa mereka
harus mengikuti keputusan geng atau kalau tidak, mereka harus menghadapi akibat
yang lebih parah.
4. Nilai
Baru dalam Memilih Teman
Para remaja
tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya entah di sekolah atau
dilingkungan tetangga sebagaimana halnya pada masa kanak-kanak, dan kegemaran
pada kegiatan-kegiatan yang sama tidak lagi merupakan faktor penting dalam
pemiliha teman. Remaja menginginkan
teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan
membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah
dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru.
Berikut ini data yang menunjukkan kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau
ditolak:
a. Sindroma
Penerimaan
-
Kesan pertama yang
menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian sikap yang
tenang dan gembira.
-
Reputasi sebagai
seorang yang sportif menyenangkan.
-
Penampilan diri yang
sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
-
Perilaku sosial yang
ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama
orang lain, bijaksana dan sopan.
-
Matang terutama dalam
hal pengendalia serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan.
-
Suatu kepribadian yang
menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak
mementingkan diri sendiri dan ekstraversi
-
Status sosial ekonomi
yang sama atau sedikit diatas anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan
hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
-
Tempat tinggal yang
dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam
berbagai kegiatan kelompok.
b. Sistem
Alienasi
-
Kesan pertama yang
krang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan
diri yang mementingkan diri-sendiri.
-
Terkenal sebagai
seorang yang tidak sportif.
-
Penampilan yang tidak
sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang
kerapian.
-
Perilaku sosial yang
ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain,
senang memerintah, tidak dapat bekerjasama, dan kurang bijaksana.
-
Kekurangan kematangan
terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri
dan kebijaksanaan.
-
Sifat-sifat kepribadian
yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri-sendiri, keras kepala,
gelisah, dan mudah marah.
-
Status sosioekonomi berada
di bawah status sosioekonomi kelompok dan hubungan yang buruk dengan
anggota-anggota keluarga.
-
Tempat tinggal yang
terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok karena tanggung jawab keluarga atau karena bekerja sambilan.
Dalam suatu penelitian mengenai apa yang diinginkan
remaja sebagai teman, Joseph menunjukkan bahwa sebagaian besar remaja mengatakan bahwa mereka ingin
“seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang
yang dapat diandalkan”.
Para remaja juga tidak lagi hanya menaruh minat pada
teman-teman sejenis. Minat pada lawan jenis bertambah besar selama masa remaja.
Dengan demikian, pada akhir masa remaja sering kali para remaja lebih menyukai
lawan jenis sebagai teman meskipun masih tetap melanjutkan persahabatan dengan
beberapa teman sejenis.
Hal tersebut
menimbulkan dua akibat yang mengganggu stabilitas persahabatan remaja yakni
sebagai berikut:
a. Karena
kurangnya pengalaman terutama dengan lawan jenis remaja memilih teman-teman
yang kurang sesuai, tidak seperti yang diharapkan: pertengkaran sering terjadi
dan kemudian persahabatan mereka bubar.
b. Selanjutnya,
seperti halnya dalam bidang- bidang kehidupan lainnya, remaja cenderung tidak
realistik dengan standar yang ia tetrapkan untuk teman-temanya. Ia menjadi
kritis bila teman-teman tidak memenuhi standard an kemudian berusaha untuk
teman-temannya. Bisanya hal ini juga menyebabkan pertengkaran dan mengakhiri
persahabatan.
5. Nilai
Baru dalam Penerimaan Sosial
Seperti halnya
adanya nilai baru mengenai teman-temannya, remaja juga mempunyai nilai baru
dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya
seperti klik, kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada
nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai aggota-anggota kelompok.
tidak ada satu sifat atau pola pirilaku khas yang menjamin penerimaan sosial
selama masa re,aja. Hal itu bergantung pada pola perilaku yakni: Sindroma
penerimaan (kondisi yang menyebabkan remaja diterima) dan sindroma alienasi
(kondisi yang menyebabkan remaja ditolak).
6. Nilai
baru dalam Memilih Pemimpin
Karena
remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat,
mereka menginginkan pemimpin yang berkemampuan tinggi yang kn dikagumi dan
dihormati oleh orang-orang lain dan dengan demikian akan menguntungkan mereka.
Terdapat banyak macam kelompok pada masa remaja, seperti kelompok atletik,
sosial, intelektual, agama, kelas atau masyarakat dan pemimpin satu kelompok
tidak perlu memiliki kemampuan untuk memimpim kelompok lain.
Pemimpin
remaja harus mempunyai kesehatan yang baik sehingga bersemangat dan bergairah
untuk melakukan sesuatu, hal mana menentukan mutu inisiatif. Selain itu,
seorang pemimpin diharapkan mempunyi penampilan yang menarik dan rapi. Pada
umumnya, para pemimpin dalam berbagai kegiatan sosial remaja berasal dari
keluarga yang status sosioekonominya lebih tinggi dari status sosioekonomi
keluarga remaja yang bukan pemimpin. Selain itu, pemimpin biasanya juga lebih
aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Maka, ia mengembangkan wawasan
sosial dan wawasan diri yang lebih mendalam. Factor utama yang terpenting dalam
kepemimpinan adalah kepribadian. Pemimpin harus lebih bertanggung jawab, lebih
ekstrovet, lebih bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih dapat mengambil
inisiatif serta memiliki emosi yang stabil, penyesuaian diri yang baik, orang
yang berbahagia dan hanya mempunyai sedikit kecenderungan neoritik.
5.
Perkembangan
Sosial pada Masa
Dewasa Dini
Masa dewasa merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan
sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran
suami/isteri, orang tua, dan pencari nafkah. Sebagai orang dewasa mereka
diharapkan mengadakan penyesuaian diri secara mandiri. Apabila mereka menemui
kesulitan-kesulitan yang sulit diatasi, mereka ragu-ragu untuk meminta
pertolongan dan nasehat orang lain karena takut kalau dianggap “belum dewasa” (Hurlock, 1997:265).
a.
Minat
sosial
Dalam
masa ini pria dan wanita sering merasa kesepian. Pria muda yang belum menikah
sering tidak tahu apa yang harus dikerjakan pada waktu-waktu luang. Seperti
halnya wanita dewasa yang belum menikah, mereka merasa kesepian karena
teman-teman lama sudah berpencar dan banyak di antaranya yang sudah sibuk
dengan urusan keluarga atau sibuk pacaran. Akhirnya mereka kehilangan pergaulan
yang menyenangkan masa remaja ketika selalu ada teman diajak untuk
berbincang-bincang atau melakukan kegiatan bersama lain.
Orang
muda yang sudah menikahpun terkadang merasa kesepian dan rindu pada
teman-teman. Selain mereka sibuk dengan anak-anak yang masih kecil,
berpenghasilan yang pas-pasan saja dan sering tinggal jauh dari orangtua,
saudara maupun teman lama, mereka masih sering merasa kesepian sama seperti
orang yang belum menikah.
Havighurst (dalam Hurlock) menjelaskan bahwa rasa kesepian pada masa
dewasa dini terjadi karena masa ini merupakan “periode yang relatif kurang
terorganisir dalam kehidupan seseorang, yang
saja daamenandai transisi dari lingkungan yang terbagi menurut status
sosial”. Mereka tidak lagi begitu saja dapat menikmati pergaulan yang spontan
sebagaimana dulu ketika masih bersekolah. Sekarang mereka harus mencari
jalannya sendiri.
b.
Penerimaan
social
Orang-orang
dewasa muda yang popular dan yang mempunyai banyak teman di sekolah atau di
tempat kerja mempunyai lebih banyak.
Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Partisipasi Sosial Pada Masa Dewasa Dini:
1. Mobilitas
Sosial
Semakin besar
keinginan orang dewasa muda untuk meningkatkan status sosialnya semakin giat
pula ia berusaha melibatkan diri dengan organisasi-organisasi masyarakat yang
akan membantunya untuk naik jenjang sosial yang lebih tinggi.
2. Status
Sosio-ekonomi
Apakah sudah
berumah tangga atau belum orang dewasa muda yang mempunyai status sosial
ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam berbagai kegiatan sosial,
terutama kegitan di luar rumah, dibandingkan dengan orang yang mempunyai status
sosial yang kurang baik.
3. Lamanya
Tingkat dalam Suatu Kelompok Masyarakat
Banyak orang
dewasa muda yang harus pindah ke suatu lingkungan baru berpartisipasi aktif
dalam organisasi masyarakat sebagai cara untuk bertemu dengan masyarakat dan
menemukan teman.
4. Kelas
Sosial
Orang dewasa
muda kelas tinggi dan menengah lebih sering aktif dalam berbagai organisasi
masyarakat daripada mereka dari golongan masyarakat bawah. Di samping itu
mereka juga lebih banyak duduk dalam kepemimpinan organisasi tersebut. Mereka
juga mempunyai lebih banyak teman akrab, lebih sering menjamu dan lebih banyak
berkunjung, tetapi kurang menghabiskan waktu dengan sanak saudara dibanding
dengan anggota-anggota kelas bawah.
5. Lingkungan
Kehidupan sosial
orang dewasa muda yang tinggal di kota besar mungkin lebih banyak dipusatkan
pada keluarga dan anak saudara dibandingkan dengan mereka yang hidup di kota
kecil dan di pedesaan yang lebih mengenal keramahtamahan dan keakraban antar
tetangga.
6. Jenis
Kelamain
Pria yang telah
menikahi lebih bebas berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan sosial di luar rumah
dibandingkan dengan wanita yang telah menikah yang sering harus membatasi
kegiatan-kegiatan sosial mereka pada lingkungan rumah dan rukun tetangga.
Wanita yang belum menikah, sebaliknya sering lebih aktif dalam kegiatan
masyarakat dibandingkan dengan pria yang masih lajang.
7. Umur
Kematangan Sosial
Pria yang lebih
cepat dewasa lebih aktif dalam kegiatan masyarakat dan duduk dalam kepengurusan
organisasi-organisasi masyarakat dibandingkan dengan pria yang terlambat
dewasa. Wanita yang cepat dewasa tetap aktif di bidang sosial apabila keadaan
memungkinkan.
8. Urutan
Kelahiran
Anak pertama,
sering memiliki perasaan tidak aman, dan sesudah dewasa cenderung menjadi
“pengikut” dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat daripada
anak-anak yang lahir belakangan.
c.
Mobilitas
Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Menurut Hurlock (1997:265) mobilitas
sosial berarti berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lain.
Mobilitas sosial terjadi secara horisontal, yaitu berpindah ke kelompok sosial
lain pada tingkat yang sama, atau secara vertikal yaitu berpindah ke kelompok
sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Umumnya orang muda ingin bergerak
ke atas, hanya sedikit yang puas berpindah ke jenjang sosial yang sama, apalagi
ke jenjang yang lebih rendah.
Pria
dan wanita umumnya mencapai status sosial dan ekonomi yang paling tinggi pada
pertengahan masa dewasa, dari umur 30 tahun ke atas, orang-orang muda cenderung
berusaha agar secapat mungkin dapat mencapai status semacam itu. Faktor-faktor
yang paling penting untuk meningkatkan mobilitas sosial bagi orang-orang :
1. Tingkat
pendidikan yang tinggi yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang
profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin
hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
2. Kawin
dengan orang yang statusnya lebih tinggi.
3. Hubungan
keluarga yang membantu sebagai “katrolan” di bidang pekerjaan.
4. Penerimaan
dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus
lebih tinggi.
5. Uang,
dari warisan atau hasil jerih payah sendiri, yang dapat digunakan untuk membeli
rumah yang lebih bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan
lainnya yang dapat menyatakan status yang tinggi.
6. Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat dari golonga atas.
7. Lulusan
perguruan tinggi yang ternama.
Para pria umumnya naik ke jenjang
sosial yang lebih tinggi terutama melalui usaha mereka sendiri, dan wanita
melalui perkawinan dengan pria yang berstatus lebih tinggi, atau dengan mereka
yang mampu menanjak usaha dan prestasi pribadi.
d.
Bahaya
Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Banyak anak
dewasa muda menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untuk menyesuaikan diri
dengan kelompok sosial mereka. Hambatan yang umum dan sulit dituntaskan :
a.
Orang muda mengalami
kesulitan untuk bergabung dengan satu kelompok sosial yang cocok. Menjadi
bagian dari kelompok merupakan salah satu tugas pengembangan masa dewasa dini
yang penting.
b.
Rasa tidak puas dengan
peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok. Seorang pria
yang sebelumnya telah menjadi pemimpin di sekolah atau universitas mungkin
merasa frustasi sebagai orang dewasa. Jika kepemimpinan dalam bisnis, industri,
atau berbagai kegiatan masyarakat jatuh ke tangan orang yang memiliki status
sosial ekonomi yang lebih tinggi atau prestise yang lebih besar di masyarakat.
c.
Faktor mobilitas sosial.
Orang yang bermobilitas tinggi menghadapi jauh lebih banyak dilema dibandingkan
mereka yang bermobilitas relatif rendah, karena mereka harus menyesuaikan diri
dengan berbagai kelompok sosial baru yang memiliki nilai-nilai dan standar
perilaku baru.
6.
Perkembangan Sosial pada Usia Madya
Menurut Hurlock (1997:319) usia
madya sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Banyak orang yang
berusia madya terutama kaum wanitanya, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat
menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa semua dan mulai
berkeluarga. Selama usia madya, orang senang terhadap kegiatan menjamu teman
dalam bentuk acara makan malam, pesta-pesta dan pada umumnya kehidupan sosial
mereka senang berkumpul dengan jenis kelamin yang sama. Kegiatan semacam ini
mencapai puncaknya pada waktu mereka berusia sekitar akhir empatpuluhan dan
mengalami penurunan pada usia enampuluhan. Kemudian bila seseorang memasuki
masa pensiun, dengan berkurangnya pendapatan kegiatan dalam masyarakat mulai
berkurang. Akibatnya, pria dan wanita yang berusia sekitar limapuluhtahunan
cenderung menghabiskan waktunya dengan anggota kerabat keluarga dekat.
Bagaimanapun pola kegiatan sosial dalam
usia madya sangat dipengaruhi oleh status kelas sosial seseorang. Mereka yang
status sosial ekonominya tinggi akan lebih aktif pada masa usia tersebut
dibandingkan dengan mereka yang berstatus rendah. Pada usia madya pria pada
umumnya mempunyai lebih banyak teman dan kerabat daripada wanita, namun wanita
mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya daripada pria. Janda
yang hidup sendiri dan pria yang sendiri karena cerai cenderung untuk aktif
dalam kegiatan sosial seperti mereka yang menikah.
a.
Penilaian
Tentang Penyesuaian Sosial Usia Madya
Penyesuaian
sosial pada setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh
mana seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang
diharapkan daripadanya. Kedua, seberapa banyak kepuasan yang diperoleh
seseorang. Studi tentang penyesuaian sosial usia madya menunjukkan bahwa ada
faktor penting yang menyebabkan orang usia madya mempunyai fungsi sosial yang
baik:
1. Kesehatan
yang baik menyebabkan orang dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
2. Kaitan
yang erat dengan kegiatan sosial dapat melahirkan motivasi yang perlu untuk
ambil bagian dalam kegiatan sosial.
3. Kemahiran
dan keterampilan sosial yang diperoleh sebelumnya dapat memperkuat kepercayaan
diri dan dapat mempermudah masalah sosial.
4. Tidak
hadir karena ada urusan keluarga dan keuangan tidak cukup membatasi kemauan dan
kemampuannya untuk berfungsi sebagai kelompok ahli sosial.
5. Status
yang sesuai dengan teman sebayanya tentang keinginan kelompok sosial yang
memungkinkan bergabung dengan organisasi masyarakat.
6. Kemauan
untuk berperan sebagai pengikut dengan ikhlas walaupun peran kepemimpinan biasa
dipegang oleh mereka orang dewasa.
b.
Bahaya
personal dan Sosial Bagi Orang Usia Madya
Bahaya sosial dan
pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya timbul karena
kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kebudayaan bahwa orang
usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Karena kurangnya informasi ilmiah
tentang usia mada, banyak kepercayaan tradisional dan budaya klise tetap
dipegang. Akibatnya, perilaku mereka dapat menjadi serius.
Bahaya Personal
Ada beberapa bahaya personal bagi
orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru.
Dari itu semua ada enam macam bahaya personal, yaitu:
1. Diterimanya
Kepercayan Tradisional
Diterimanya
kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang
sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usai. Seseorang yang mengalami menpause misalnya, sering sisebut
sebagai “masa kritis” (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah
rasa takut yang tidak menentu.
2.
Idealisasi Anak Muda
Banyak
orang usia madya khusunya kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia
dalam pola perilaku umum. Seperti seorang anak yang menjelang usia baliq,
mereka tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya,
mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak
seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak
muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan. Ini
berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini meneybabkan
mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
3. Perubahan
Peran
Mengubah
peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memerankan
peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar
memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut lagi dapat dikatakan
bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan
sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. Namun,
orang yang pernah mempunyai kesempatan untuk memainkan banyak peran biasanya
akan lebih mudah untuk menyesuaika diri dengan peran yang baru.
4. Perubahan
Keinginan dan Minat
Bahaya besar
dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau
harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan
kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau
harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengganti
keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba
mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga
dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan
keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan
merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan
waktu yang begitu banyak.
5. Simbol
Status
Pada umunya
wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status. Dalam kasus seperti
ini, ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan
simbol tersebut. Pertama, dia akan mengeluh dan mengomeli suaminya yang tidak
dapat menyediakan cukup uang untuk memeproleh status tersebut. Kedua, dia akan
bersikap boros. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan bekerja misanya
agar mempunyai cukup uang demi mencukupi kebutuhannya.
6. Aspirasi
yang tidak Realistis
Orang berusia madya
yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai,
akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan sosial,
apabila kelak ia menyadari bahwa ia tidak bisa mencapai tujuan tersebut. Sikap
tidak realistis ini sering merupakan aktor bawaan sejak masa remaja. Bagi
seseorang yang mengalami perasaan gagal dalam berbagai hal akan meniadakan dan
mengalahkan perilaku positif apapun yang ia kerjakan. Akibatnya, ia akan
mempunyai prestasi rendah, bahkan lebi rendah dari prestasi normalnya.
Bahaya Sosial
Ada beberapa kondisi umum yang dapat mempengaruhi
penyesuaian sosial pada masa usia madya, yaitu:
1. Falsafah
“Kursi Berkarang”
Orang usia madya
yang berfalsafah bahwa seseorang yang terkurung menjadi tidak aktif karena
harus bertahan dengan cara yang membantunya menikmati kondisi dalam situasi
sosial tertentu merasa harga dirinya kecil.
2. Penampilan
yang Tidak Menarik
Orang usia madya
baik pria maupun wanita yang pasrah terhadap penampilannya yang semakin
memburuk dan mereka tidak berusaha atau malas untuk memperbaikinya, akan
semakin diabaikan atau ditolak oleh situasi sosial tertentu dibandingkan dengan
mereka yang mau berusaha dengan melakukan penyesuaian dandanan dan pakainnya
sehingga menimbulkan kesan seolah-olah mereka lebih muda daripada usianya dan
agak menarik perhatian.
3. Kurang
Memiliki Keterampilan Sosial
Orang usia madya
yang tidak pernah belajar tentang keterampilan sosial dengan teman sebayanya
selama ia masih muda, atau ia belajar dengan cara asal-asalan ketika awal masa
dewasanya, akan merasa menderita dalam suasana sosial yang tenteram dan akan
menarik diri atau akan melakukan peran yang tidak diinginkan.
4. Kecenderungan
untuk Lebih Suka Berkontak dengan Keluarga
Orang yang
berusia madya baik pria maupun wanita yang menganggap anggota keluarganya lebih
menyenangkan daripada orang luar dan kegiatan yang di dalam keluarga lebih
menyenangkan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh masyarakat akan tidak
termotivasi untuk memperluas horison sosialnya dengan melibatkan orang luar dan
kegiatan masyarakat.
5. Masalah
Keungan
Orang berusia
madya yang terganggu oleh masalah keuangan akan dibantu dengan tunjangan
pengangguran dan atau tunjangan orangtua (jompo). Begitu juga karena
pendidikan, anak-ankanya tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan sesuai dengan teman-temannya, maka mereka akan terasing dari kegiatan
sosial.
6. Tekanan
Karena Keluarga
Bagi sebagian
besar orang yang berusia madya yang masih mempunyai tanggungjawab keluarga,
mempunyai beban lebih banyak daripada waktu anak-aknya masih kecil. Akibatnya
orang itu masih merasa tertekan karena harus mendorong keungannya dan juga
bantuan melalui bantuan pribadi untuk pertumbuhan anak, cucu, atau orangtua yang
masih tergantung. Situasi seperti ini akan mengurangi jumlah uang dan
ketertiban sosial.
7. Popularitas
yang Diinginkan
Beberapa orang
baik pria maupun wanita yang berusia madya terutama mereka yang dulu nikah muda
yang telah memperoleh pengalaman baik yang bersifat tempore sebelum menikah,
sekarang ingin terlibat aktif dalam kegiatan sosial sebagai bukti
popularitasnya. Hal ini dapat menimblkan bahaya apabila dalam usahanya untuk
mencapai tujuan tersebut ia mencoba menerobos pola hidup yang telah mapan, untuk
mencari sesuatu yang menarik dan melakukan petualangan di luar rumah, dengan
melakukan tugas-tugasnya.
8. Mobilitas
Sosial
Mobilitas
seseorang yang terasa sulit apbila ia tidak mungkin untuk mendekatkan dan masuk
ke dalam jaringan kerja sosial secara aktif yang selama ini sudah dilakukan
oleh para tetangganya atau kelompok sebayanya. Oleh karena itu, ia terpaksa
harus terasing kalau ia tidak bisa berafiliasi dengan kelom[ok yang mau
menerimanya.
7.
Perkembangan Sosial pada Masa Lanjut Usia
a.
Minat
Sosial Pada Lanjut Usia
Menurt Hurlock (1997:379) dalam
bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita karena
jumlah kegiatan sosial yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim
diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social disengagement), yaitu suatu proses pengunduran diri secara
timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan sosial. Social disengagemen
“pelepasan beban” (lead shedding) yaitu meliputi: keterlibatan dengan orang
lain berkurang, pengurangan variasi peranan sosial yang dimainkan, penggunaan
kemampuan mental yang semakin bertambah, dan berkurangnya partisipasi dalam
kegiatan fisik.
Social disengagement pada lanjut usia sering diungkapkan dalam
bentuk penyusutan sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kontak
sosial yang bisa dimanfaatkan untuk melakikan kontak sosial dan menurunnya
partisipasi sosial. Bagi sebagian besar orang usia lanjut kejadian ini
merupakan perubahan besar dalam pola kehidupan sosialnya, yang telah dibentuk
dan dilakukan selama masa dewasa dini yang
pada masa usia tengah baya hanya terjadi perubahan kecil saja.
b.
Jenis
Kegiatan Sosial yang Mulai Dihentikan
Berhentinya seseorang dari kegiatan
sosial bisa terjadi secara sukarela atau terpaksa. Dalam hal pengunduran diri
secara sukarela, mereka menganggap bahwa jenis kegiatan seperti itu sudah tidak
cocok dengan kebutuhan mereka. Seperti minat terhadap diri mereka sendiri
meningkat, maka minat terhadap orang lain berkurang sampai minat sosial mereka
dibatasi oleh kondisi keluarga yang ada sekarang.
Semakin terisolir dari kegiatan
sosial, semakin tidak berkembang dan kecil kesempatan orang berusia lanjut
untuk tetap mempertahankan aktualisasinya. Sebagai akibatnya, mereka menjadi
merasa bosan pada orang lain, padahal sikap seperti ini menjadikan mereka lebih
terisolasi dan kegiatan sosial.
Pengunduran diri orang berusia
lanjut dari kegiatan sosial secara terpaksa dilakukan, apabila mereka menginkan
dan memerlukan kontak semacam itu karena kondisi-kondisi tertentu yang sedikit
terkontrol atau bahkan tidak sama sekali. Misalnya, banyak di antara mereka
yang telah meninggal, pindah jauh, atau karena kondisi fisik dan ekonominya
tidak memungkinkan untuk dapat melakukan sesuatu maka ini berarti bahwa mereka
tidak dapat lagi berhubungan dengan teman sejawat seperti dulu yang pernah
dilakukan.
Orang berusia lanjut biasanya juga
lemah, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan berjalan mengunjungi teman
mereka. Apabila pendapatan mereka terbatas mereka juga tidak bisa
berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggaran oleh masyarakat dan akibatnya
mereka sulit atau tidak memungkinkan untuk dapat mengikuti zaman dan
meyesuaikan diri dengan anggota keluarga yang lebih muda, atau teman-temmannya.
Masalah yang sama seriusnya adalah sikap sosial terhadap orang lanjut usia yang
tidak menyenangkan mendorong mereka untuk mengundurkan diri dari kegiatan
sosial.
c.
Sumber
Kontak Sosial
Ada sumber dalam masyarakat yang
berbeda, yang dapat dimanfaatkan oleh orang lanjut usia untuk melakukan kontak
sosial di masa tuanya, yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam
sumber yang sangat dipengaruhi oleh lanjut usia untuk melakukan kontak sosial
dimasa tuanya, yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam sumber yang sangat dipengaruhi oleh lanjut usia.
Masalah serius tentang hal tersebut yang perlu diketahui adalah, sekali sumber
kontak sosial terbentuk dirusak, maka mereka jarang dapat memperbaiki atau
menukar dengan yang lain
Wanita cenderung lebih dapat
mempertahankan persahabatannya hingga berlangsung lebih lama dibandingkan pria.
Keadaan seperti ini terutama karena sebagian besar sahabatnya adalah para
tetangga, keluarga dan koleganya yang tersebar dalam masyarakat serta mempunyai
minat dan keinginan berbeda setelah pensiun. Dengan demikian mereka sangat
tergantung pada istrinya dalam hal melakukan persahabatan dan memainkan peran
sebagai orang yang lebih suka tinggal di dalam rumah, yang menurut mereka
merusak keakuannya sebagai lelaki. Hanya karena apabila seorang pria mempunyai
kelompok teman yang intim saja, biasanya adalah sahabatnya dan telah berkawan
sejak masa kanak-kanakyang bisa melangsungkan kehidupan persahabatannya
sehingga mereka masih tetap dapat melakukan kontak sosial di luar rumah.
Walaupun kemudian kontak semacam ini menjadi tidak sering dilakukan karena
timbulnya masalah yang berhubungan lagi, karena adanya kecenderungan bahwa pria
lebih dulu meninggal dibanding wanita, maka banyak pria berusia lanjut yang
menderita karena kehilangan teman mereka.
Sebagai akibat dari menyempitnya
sumber-sumber kontak sosial yang ada, biasanya daur kehidupan keluarga hanya
terdiri dari inti kehidupan sosial orang lanjut usia. Semakin tua, semakin
besar ketergantungan mereka dalam hal persahabatan pada anggota keluarga.
Sumber
Kontak Sosial Yang Dipengaruhi Usia
1.
Persahabatan Pribadi
yang Akrab
Persahabatan
pribadi yang akrab dengan para anggota dari kelompok jenis kelamin yang sama
yang dibina ulang sejak masa dewasa atau pada awal tahun pernikahannya, sering
terhenti apabila salah satunya mati atau pindah tempat tinggal sehingga menjadi
jauh. Kondisi seperti ini membuat orang usia lanjut tidak mampu lagi untuk
menetaokan jenis persahabatan lain yang semacam itu.
2.
Kelompok Persahabatan
Kelompok semacam
ini terbentuk dari pasangan-pasangan yang bersatu, yang dibentuk pada waktu
mereka masih muda karena mereka mempunyai minat dan kesenangan yang serupa
secara timbal balik. Pada saat para pria mulai peserta kegiatan para wanita
dalam rumah tangga dan masyarakat mulai berkurang, dan secara bertahap mulai
menghilang.
3.
Kelompok Atau
Perkumpulan Formal
Apabila peranan
kepemimpinan dalam kelompok atau perkumpulan formal diambil alih oleh kelompok
yang lebih muda dan apabila perencanaan kegiatan terutama berorientasi pada
minat mereka yang lebih muda, maka orang usia lanjut merasa tidak diperlukan
lagi dalam organisasi tersebut.
d.
Partisipasi
Sosial
Semakin bertambahnya usia seseorang,
maka partisipasi sosialnya semakin berkurang dan cakupannya juga menyempit.
Terdapat banyak alasan mengapa partisipasi seseorang dalam kegiatan sosial
menurun ejalan dengan bertambahnya usia yakni sebagai berikut:
a.
Kesehatan yang menurun,
yang biasanya sering digunakan sebagai alasan pokok.
b.
Tingkat keterlibatan
dalam kegiatan sosial pada usia muda.aktivitas ini sangat mempengaruhi
partisipasinya pada usia lanjut. Studi tentang partisipasi sosial pada berbagai
tingkat usia yang berbeda menunjukkan bahwa mereka yang aktif pada masa dewasa
dan masa dewasa dini akan aktif pula pada usia setengah baya dan usia lanjutnya
kecuali, jika mereka mempunyai hambatan-hambatan tertentu.
Pada setiap tingkat usia, status
sosial ekonomi sangat memegang peran penting dalam menentukan tingkat
partisipasi dalam organisasi sosial dan kemasyarakatan. Pada umumnya kelompok
sosial yang lebih tinggi mendominasi kehidupan organisasi masyarakat dan
menunjang organisasi tersebut dalam bentuk partisipasi kepemimpinan. Oleh
Karena itu banyak organisasi masyarakat yang berorientasi pada pekerjaan.
DAFTAR RUJUKAN
Hurlock, E. B. 1997. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan
Anak Jilid 2, Jakarta: Penerbit Elangga.
Somantri,
S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung:
PT.Refika Aditama.
Susanto, A. 2012. Perkembangan
Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group