Rabu, 26 Oktober 2016

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL SITTI NURBAYA



Nama   : Rosita Agus Trisnawati


NIM    : 160211601850


Off      : B      




SINOPSIS


SITTI NURBAYA


Di Padang ada seorang penghulu bernama Sutan Mahmud Syah. Istrinya bernama Sitti Maryam dan mereka memiliki anak laki-laki Samul Bahri. Di sebelah rumah mereka hiduplah pedagang kaya bernama Baginda Sulaeman  dan seorang anak perempuan bernama Sitti Nurbaya, yang ibunya telah meninggal  dunia. Hubungan keluarga ini terjalin dengan baik dan sudah bersahabat lama sejak SittiNurbaya dan Samsul Bahri masih kecil.


Sejak kecil Sitti Nurbaya berteman akrab dengan Syamul Bahri. Seiring berjalannya waktu rasa cintapun tumbuh diantara keduanya namun mereka belum berani mengungkapkan rasa terebut. Suatu hari pergilah Samul Bahri dan Sitti Nurbaya dan kedua orang temannya, yaitu Zainul Arifin dan Bahtiar untuk bertamasya ke Gunung Padang. Disanalah Samsul Bahri menyatakan cinta terhadap Sitti Nurbaya dan merekapun akhirnya menjalani cinta dn membuat perjanjian untuk sehidup semati. Namun hingga hari yang telah ditentukan, berangkatlah Samsul Bahri ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya dan harus meninggalkan Sitti Nurbaya.


Di desa tersebut perdagangan  Baginda Sulaiman sangat menakjubkan penghasilannya, hingga mengakibatkan sifat serakah Datuh Maringgih pun muncul. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membakar toko  Baginda Sulaiman hingga mengakibatkan ia jatuh miskin.Lalu Datuk Maringgih meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman. Waktu untuk membayar hutang pun sudah habis, Ia tidak bisa melunasi hutangnya. Datuk Maringgih mengancam akan memasukkan penjara. Namun si Datuk menawarkan jika hutangnya ingin lunas maka Baginda Sulaiman harus menyerahkan puterinya Sitti Nurbaya untuk dijadikan istri.


Menghadapi kenyataan dirinya harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Sungguh berat memang, namun itu semua demi keselamatan dan kebahagiaan Ayahnya ia mau mengorbankan dirinya. Sitti Nurbaya mengirim surat kepada Samsul Bahri. Ia menceritakan kejadian yang dialaminya yang membuat sedih hati keduanya.


Suatu hari Samsul Bahri berlibur ke Padang menemui Sitti Nurbaya. Saat bertemu dengannya, si Datuk mengetahuinya sehingga terjadilah keributan. Sitti Nurbaya berteriak keras hingga teriakannya terdengar oleh Ayahnnya yang sedang sakit. Mendengar teriakan anaknya Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhirnya.


Samsul Bahri diusir oleh Ayahnya dan harus kembali ke Jakarta. Sitti Nurbaya pun diusir oleh Datuk Maringgih karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga dan adat istiadat. Sitti Nurbaya tinggal bersama bibinya dan Samsul Bahri pun tetap memendam dendam kepada Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya memutuskan untuk pergi ke Jakarta menemui kekasihnya. Sayang di perjalanan ia hampir saja terjebur ke laut karena didorong oleh anak buah si Datuk. Namun, Sitti Nurbaya berhasil terselamatkan.


Tetapi walaupun dia selamat dari bahaya tersebut, datanglah bahaya berikutnya yakni Datuk Maringgih memfitnah Sitti Nurbaya. Ia ditangkap polisi atas tuduhan membawa lari semua perhiasan dan harta suaminya. Namun tuduhan itu semua tidak terbukti. Tak lama kemudian, Sitti Nurbaya meninggal dunia karena memakan kue beracun yang sengaja diberikan oleh anak buah Datuk Maringgih.Mendengar dan melihat hal  itu, terkejutlah ibu Samsul Bahri yang pada waktu itu sedang menderita sakit keras sehingga menyebabkan kematiannya. Lalu kedua jenazah itu dikebumikan di Gunung Padang bersampingan dengan makam Baginda Sulaiman.


Sepuluh tahun kemudian Kota Padang sering terjadi pemberontakan. Samsul Bahri yang telah berpangkat Letnan Mas dikirim untuk melakukan pengamanan. Dalam petemuannya tanpa berfikir panjang, Samsul  Bahri menembak Datuk Maringgih yang mengakibatkan si Datuk tersungkur. Namun sebelumnya, ia  menebas kepala Samsul Bahri dengan pedangnya. Samsul Bahri dilarikan ke rumah sakit. Disana ia meminta maaf kepada ayahnya atas segala kesalahannya dan setelah itu ia pun meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia ia meminta kepada Ayahnya agar nanti dikebumikan di Gunung Padang dekat kekasih dan ibunya. Dan disitulah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
















KOMENTAR :


            Pengarang menuliskan cerita yang dapat kita ambil makna baik atau buruknya. Sebaiknya kita jangan mengikuti nafsu belaka dan jangan menghalalkan segala cara untuk tindakan yang buruk. Pengarang juga menggunakan bahasa melayu yang menjadikan kita menambah pengetahuan tentang bahasa-bahasa melayu.


            Semua orang telah salah mengartikan tentang novel SITTI Nurbaya. Mereka menganggap SITTI Nurbaya dinikahkan oleh orang tuanya dengan lelaki yang tidak ia kenal. Ternyata SITTI Nurbaya lah yang menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih sebagai imbalan karena Ayahnya tidak bisa melunasi hutang-hutangnya kepada Datuk Meringgih.




                       






UNSUR INSTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NOVEL


Unsur Instrinsik :


1.      Tokoh : SITTI Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih, Baginda Sulaiman, Sultan Mahmud Syah, Pak Ali, SITTI Maryam, Zainularifin, Bakhtiar, Alimah, Pendekar Tiga, Pendekar empat, pendekar lima, Dokter, Putri Rubiah.


2.      Latar   :


Ø Waktu : Pagi, siang, petang.


Ø Tempat : bawah pohon ketapang, di kediaman Baginda Sulaiman, Kediaman Datuk Maringgih.


Ø Suasana : Sunyi senyap, Ramai, Tertekan.


3.      Alur : Maju


Dalam cerita novel “SITTI Nurbaya” pengarang menyusun cerita benar-benar dimulai dari eksposisi,  komplikasi, klimaks, dan berakhir dengan pemecahan masalah. Sehingga alur yang ditampilkanpun komplit.


4.      Sudut Pandang :


Menggunakan sudut pandang orang ketiga. Ditunjukkan dengan penggunaan kata ganti orang ketiga yaitu “Dia”


5.      Tema :


Bertajuk kisah cinta yang sangat menyedihkan antara SITTI Nurbaya dengan Samsul Bahri.


6.      Gaya Bahasa :


Menggunakan bahasa melayu


7.      Amanat :


·        Pengorbanan terhadap hal yang lebih penting (Untuk orang tua)


·        Jangan berurusan dengan lintah darat, karena sangat merugikan.


·        Tidak boleh malu, dan harus jadi orang bijaksana.


Unsur Ekstrinsik :


1.      Sejarah/Biografi Pengarang


Marah Rusli pengarang novel  fenomenal Siti Nurbaya dianggap menjadi pengarang roman pertama dalam sejarah sastra Indonesia, sehingga disebut sebagai Bapak Roman Modern Indonesia.


2.      Situasi dan Kondisi dalam Novel Siti Nurbaya


Marah Rusli (pengarang) menghadirkan novel berbahasa Melayu sehingga membuat beda dari novel novel yang lain. Serta  kondisi yang disebutkan dalam novel sangat  terasa sehingga membuat pembaca terbawa akan suasana dalam novel tersebut.


3.      Nilai Nilai dalam Novel Siti Nurbaya


·         Nilai Moral : Siti Nurbaya merupakan gadis yang sangat mencintai keluarganya, oleh karenanya dia rela mengorbankan dirinya untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya..


·         Nilai Budaya : Dalam novel Siti Nurbaya  mulai meletakkan landasan pemikiran yang mengarah kepada emansipasi wanita dan menolak adat yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar