Nama :
Rosita Agus Trisnawati
NIM :
160211601850
Off : B
SINOPSIS
SITTI
NURBAYA
Di Padang ada
seorang penghulu bernama Sutan Mahmud Syah. Istrinya bernama Sitti Maryam dan
mereka memiliki anak laki-laki Samul Bahri. Di sebelah rumah mereka hiduplah
pedagang kaya bernama Baginda Sulaeman
dan seorang anak perempuan bernama Sitti Nurbaya, yang ibunya telah
meninggal dunia. Hubungan keluarga ini
terjalin dengan baik dan sudah bersahabat lama sejak SittiNurbaya dan Samsul
Bahri masih kecil.
Sejak kecil Sitti
Nurbaya berteman akrab dengan Syamul Bahri. Seiring berjalannya waktu rasa
cintapun tumbuh diantara keduanya namun mereka belum berani mengungkapkan rasa
terebut. Suatu hari pergilah Samul Bahri dan Sitti Nurbaya dan kedua orang
temannya, yaitu Zainul Arifin dan Bahtiar untuk bertamasya ke Gunung Padang.
Disanalah Samsul Bahri menyatakan cinta terhadap Sitti Nurbaya dan merekapun
akhirnya menjalani cinta dn membuat perjanjian untuk sehidup semati. Namun
hingga hari yang telah ditentukan, berangkatlah Samsul Bahri ke Jakarta untuk
melanjutkan sekolahnya dan harus meninggalkan Sitti Nurbaya.
Di desa tersebut
perdagangan Baginda Sulaiman sangat
menakjubkan penghasilannya, hingga mengakibatkan sifat serakah Datuh Maringgih
pun muncul. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membakar toko Baginda Sulaiman hingga mengakibatkan ia
jatuh miskin.Lalu Datuk Maringgih meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman.
Waktu untuk membayar hutang pun sudah habis, Ia tidak bisa melunasi hutangnya.
Datuk Maringgih mengancam akan memasukkan penjara. Namun si Datuk menawarkan
jika hutangnya ingin lunas maka Baginda Sulaiman harus menyerahkan puterinya Sitti
Nurbaya untuk dijadikan istri.
Menghadapi
kenyataan dirinya harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Sungguh
berat memang, namun itu semua demi keselamatan dan kebahagiaan Ayahnya ia mau
mengorbankan dirinya. Sitti Nurbaya mengirim surat kepada Samsul Bahri. Ia
menceritakan kejadian yang dialaminya yang membuat sedih hati keduanya.
Suatu hari
Samsul Bahri berlibur ke Padang menemui Sitti Nurbaya. Saat bertemu dengannya, si
Datuk mengetahuinya sehingga terjadilah keributan. Sitti Nurbaya berteriak
keras hingga teriakannya terdengar oleh Ayahnnya yang sedang sakit. Mendengar
teriakan anaknya Baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh
tersungkur dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Samsul Bahri
diusir oleh Ayahnya dan harus kembali ke Jakarta. Sitti Nurbaya pun diusir oleh
Datuk Maringgih karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga dan adat
istiadat. Sitti Nurbaya tinggal bersama bibinya dan Samsul Bahri pun tetap
memendam dendam kepada Datuk Maringgih. Sitti Nurbaya memutuskan untuk pergi ke
Jakarta menemui kekasihnya. Sayang di perjalanan ia hampir saja terjebur ke
laut karena didorong oleh anak buah si Datuk. Namun, Sitti Nurbaya berhasil
terselamatkan.
Tetapi walaupun
dia selamat dari bahaya tersebut, datanglah bahaya berikutnya yakni Datuk
Maringgih memfitnah Sitti Nurbaya. Ia ditangkap polisi atas tuduhan membawa
lari semua perhiasan dan harta suaminya. Namun tuduhan itu semua tidak
terbukti. Tak lama kemudian, Sitti Nurbaya meninggal dunia karena memakan kue
beracun yang sengaja diberikan oleh anak buah Datuk Maringgih.Mendengar dan
melihat hal itu, terkejutlah ibu Samsul
Bahri yang pada waktu itu sedang menderita sakit keras sehingga menyebabkan
kematiannya. Lalu kedua jenazah itu dikebumikan di Gunung Padang bersampingan
dengan makam Baginda Sulaiman.
Sepuluh tahun
kemudian Kota Padang sering terjadi pemberontakan. Samsul Bahri yang telah
berpangkat Letnan Mas dikirim untuk melakukan pengamanan. Dalam petemuannya
tanpa berfikir panjang, Samsul Bahri
menembak Datuk Maringgih yang mengakibatkan si Datuk tersungkur. Namun
sebelumnya, ia menebas kepala Samsul
Bahri dengan pedangnya. Samsul Bahri dilarikan ke rumah sakit. Disana ia
meminta maaf kepada ayahnya atas segala kesalahannya dan setelah itu ia pun
meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia ia meminta kepada Ayahnya agar nanti
dikebumikan di Gunung Padang dekat kekasih dan ibunya. Dan disitulah kedua
kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
KOMENTAR :
Pengarang menuliskan cerita yang
dapat kita ambil makna baik atau buruknya. Sebaiknya kita jangan mengikuti
nafsu belaka dan jangan menghalalkan segala cara untuk tindakan yang buruk.
Pengarang juga menggunakan bahasa melayu yang menjadikan kita menambah pengetahuan
tentang bahasa-bahasa melayu.
Semua orang telah salah mengartikan
tentang novel SITTI Nurbaya. Mereka menganggap SITTI Nurbaya dinikahkan oleh
orang tuanya dengan lelaki yang tidak ia kenal. Ternyata SITTI Nurbaya lah yang
menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih sebagai imbalan karena
Ayahnya tidak bisa melunasi hutang-hutangnya kepada Datuk Meringgih.
UNSUR INSTRINSIK DAN UNSUR
EKSTRINSIK NOVEL
Unsur Instrinsik :
1.
Tokoh
: SITTI Nurbaya, Samsul Bahri, Datuk Meringgih, Baginda Sulaiman, Sultan Mahmud
Syah, Pak Ali, SITTI Maryam, Zainularifin, Bakhtiar, Alimah, Pendekar Tiga,
Pendekar empat, pendekar lima, Dokter, Putri Rubiah.
2.
Latar :
Ø Waktu : Pagi,
siang, petang.
Ø Tempat : bawah pohon
ketapang, di kediaman Baginda Sulaiman, Kediaman Datuk Maringgih.
Ø Suasana : Sunyi
senyap, Ramai, Tertekan.
3.
Alur
: Maju
Dalam cerita
novel “SITTI Nurbaya” pengarang menyusun cerita benar-benar dimulai dari
eksposisi, komplikasi, klimaks, dan
berakhir dengan pemecahan masalah. Sehingga alur yang ditampilkanpun komplit.
4.
Sudut
Pandang :
Menggunakan
sudut pandang orang ketiga. Ditunjukkan dengan penggunaan kata ganti orang
ketiga yaitu “Dia”
5.
Tema
:
Bertajuk kisah
cinta yang sangat menyedihkan antara SITTI Nurbaya dengan Samsul Bahri.
6.
Gaya
Bahasa :
Menggunakan
bahasa melayu
7.
Amanat
:
·
Pengorbanan
terhadap hal yang lebih penting (Untuk orang tua)
·
Jangan
berurusan dengan lintah darat, karena sangat merugikan.
·
Tidak
boleh malu, dan harus jadi orang bijaksana.
Unsur Ekstrinsik :
1.
Sejarah/Biografi Pengarang
Marah
Rusli pengarang novel fenomenal Siti
Nurbaya dianggap menjadi pengarang roman pertama dalam sejarah sastra
Indonesia, sehingga disebut sebagai Bapak Roman Modern Indonesia.
2.
Situasi dan Kondisi dalam Novel
Siti Nurbaya
Marah
Rusli (pengarang) menghadirkan novel berbahasa Melayu sehingga membuat beda
dari novel novel yang lain. Serta
kondisi yang disebutkan dalam novel sangat terasa sehingga membuat pembaca terbawa akan
suasana dalam novel tersebut.
3.
Nilai Nilai dalam Novel Siti
Nurbaya
·
Nilai Moral : Siti Nurbaya
merupakan gadis yang sangat mencintai keluarganya, oleh karenanya dia rela
mengorbankan dirinya untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya..
·
Nilai Budaya : Dalam novel Siti
Nurbaya mulai meletakkan landasan
pemikiran yang mengarah kepada emansipasi wanita dan menolak adat yang tidak
sesuai dengan perkembangan zaman.