Jumat, 12 Mei 2017

ANALISIS NASALISASI DALAM DONGENG BAHASA INDONESIA “MANUSIA KUE JAHE”

ANALISIS NASALISASI DALAM DONGENG BAHASA INDONESIA “MANUSIA KUE JAHE”


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Fonologi
Yang dibina oleh Bapak Dr. Sunaryo HS.,S.H.,M.Hum


Oleh
Rosita Agus Trisnawati
160211601850




 












UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
Mei 2017


PENDAHULUAN
    1.    Latar Belakang
Fonem adalah abstraksi bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat-alat bicara. Ketika bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan, tentu ada yang mendapatkan hambatan, dan ada pula yang dihasilkan tanpa halangan. Selain itu, antara fonem yang satu dengan yang lain saling berpengaruh. Telah diketahui pula  bahwa setiap bahasa mempunyai sistem, termasuk sistem yang belum berhubungan dengan fonologi. fonem yang ada pada suatu bahasa tertentu, belum terdapat pada bahasa tertentu. dapat dikatakan, fonem-fonem dalam berbagai bahasa memperlihatkan persamaan maupun perbedaan.
Menurut Masnur Muslich (2015:118),  bunyi-bunyi lingual condong berubah karena lingkungannya. Perubahan bunyi tersebut bisa berdampak pada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih merupakan alofon atau varian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata lain, perubahan itu masih dalam lingkup perubahan fonetis. Tetapi, apabila perubahan bunyi itu  sudah sampai berdampak pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan kata lain, perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
Transkripsi ialah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk manyarankan: lafal  bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang mejadi sasarannya. Pada makalah ini akan membahas mengenai nasalisasi dan akan menganalisis proses nasalisasi pada video dongeng bahasa Indonesia “Manusia Kue Jahe”  yang telah ditrasnkripsikan ke dalam teks.

  2.    Tujuan Penulisan :
1.    Untuk mengetahui pengertian nasalisasi.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis konsonan nasal
3.    Untuk mengetahui perubahan bunyi nasalisasi dalam dongeng bahasa Indonesia manusia kue jahe.


PEMBAHASAN
1  1.    Pengertian Nasalisasi
Banyak keunikan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Dibuktikan dengan adanya hukum nasalisasi. Nasalisasi berasal dari kata nasal, yang berarti bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara melalui hidung, yaitu m, n, ng, dan ny, kemudian diberikan imbuhan -isasi menjadi nasalisasi berarti pelepasan udara melalui hidung pada waktu menghasilkan bunyi bahasa.
Nasalisasi menurut KBBI Online (2017) yaitu pelepasan udara melalui hidung pada waktu menghasilkan bunyi bahasa. Nasalisasi adalah sebuah fenomena bahasa di mana sebuah fonem berubah bentuk menjadi nasal. Sebuah vokal bisa pula dinasalisasi tanpa berubah menjadi nasal. Misalkan dalam bahasa Perancis ada beberapa vokal yang bisa dinasalisasikan (wikipedia, 2017)
Nasalisasi menurut Gorys keraf (1984:55-56)  adalah proses merobah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Dalam menasalkan suatu fonem, orang tidak berbuat sesuka hati tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Setiap fonem yang dinasalkan haruslah mengambil nasal yang homorgon. Artinya nasal yang mempunyai artikulator dan titik artikulasi yang sama sepeerti fonem yang dinasalkan itu.
Jadi     : p dan b harus mengambil nasal m (karena sama-sama
                    bilabial)
t dan d harus mengambil nasal n (karena sama-sama dental)
k dan g harus mengambil nasal ng (karena sama-sama velar.
Bunyi nasalisasi, yaitu bunyi sertaan yang dihasilkan dengan cara memberikan kesempatan arus udara melalui rongga hidung sebelum atau sesaat artikulasi bunyi utma diucapkan sehingga terdengar bunyi [ᵐb], [nd], atau [ᵑg].  Hal ini bisa terjadi pada kontoid bersuara atau hidup (Muslich, 2015:68). Sedangkan menurut Chaer (2009:) Bunyi nasal yaitu bunyi yang ke luar melalui rongga hidung. Menurut Marsono (1993:73) bunyi nasal ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melelui rongga hidung, jadi strukturnya rapat.
2.    Jenis-jenis Konsonan Nasal
Menurut tempat hambatannya Marsono (1993:74) membagi jenis konsonan nasal dalam empat kategori :
a.    Konsonan nasal bilabial
Konsonan nasa bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah bibir bawah dan artikulator pasifnya ialah bibir atas. Nasal yang terjadi ialah [m] karena pita suara iku bergetar maka nasal [m] termasuk konsonan bersuara.
Contoh bunyi [m] : malam, lama.
b.    Konsonan nasal medio-palatal
Konsonan nasa medio-palatal terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah tengah lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit keras. Nasal yang dihasilkan ialah [ñ], pita suara ikut bergetar maka [ñ] disebut juga konsonan bersuara
Contoh bunyi [ñ] : sunyi, nyaring.
c.    Konsonan nasal dorso-verlar
Konsonan nasal dorso-velar terjadi bila proses penghambatan artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit lunak. Nasal yang dihasilkan adalah [ŋ], pita suara ikut bergetar maka [ŋ] nasal bersuara.
Contoh bunyi [ŋ] : ngarai, senang.
d.    Konsonan nasal apiko-alveolar
Konsonan apiko-alveolar terjadi apabila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan artikulator pasifnya ialah gusi. Nasal yang dihasilkan adalah [n], pita suara ikut bergetar maka [n] juga termasuk konsonan bersuara.
Contoh bunyi [n] : nama, saran, ini.
Nasalisasi dibagi dua (wikipedia, 2017) :
·         Nasalisasi huruf konsanan/vokal yang bersuara (tidak luluh)
Contoh: andai - mengandaikan, bantah- membantah
·         Nasalisasi konsonan yang tidak bersuara (luluh).
Contoh: meN + sapu  = menyapu (konsonan /s/ luluh)
Lain halnya dengan kata kristal, tradisi, stabil, dan produksi. Nasalisasi luluh tidak berlaku pada bentukan kata tersebut karena memiliki dua huruf konsonan di awal kata, yaitu kr, tr, st, dan pr. Bentukan kata tersebut bukan: mengristal, menradisi, menyetabil, dan memroduksi, akan tetapi: mengkristal, mentradisi, menstabilkan, dan memproduksi. Kataberawalan kr, tr, st, dan pr tidak luluh bila diberikan prefiks me-N.

Menurut Gorys Keraf (1984:57) syarat-syarat nasalisasi adalah  sebagai berikut :
a.    Nasalisasi berlangsung atas dasar homogen.
b.    Dalam nasalisasi konsonan bersuara tak luluh, konsonan tak bersuara diluluhkan.
c.    Nasalisasi hanya berlangsung pada kata-kata dasar, atau yang dianggap kata dasar.
d.    Fonem-fonem y, r, l dan w dianggap mengalami proses nasalisasi juga tetapi nasalisasi yang zero (tidak ada).

3.    Analisis Nasalisasi Dalam Dongeng Bahasa Indonesia “Manusia Kue Jahe”
Transkripsi teks dongeng Manusia Kue Jahe terdapat pada lampiran makalah ini. Berikut merupakan teks Dongeng Bahasa Indonesia yang berjudul “Manusia Kue Jahe”

Dongeng Bahasa Indonesia
Manusia Kue Jahe
Pada suatu ketika hiduplah seorang wanita tua bersama suaminya di sebuah rumah yang sederhana. Pasangan ini tidak emounyai anak. Mereka sangat kesepian. Llau suatu hari wanita tersebut membuat anak laki-laki dari kue jahe. Oh suamiku aku akan memanggang manusia kue jahe hari ini. Dia sudah menyiapkan segalanya. Kemudian dia mencampurkan mentega, menggulung adonan dan dia segera membentuk kue jahe yang tampan. Ini manisnya kue jahe yang tampan, aku harus memanggang sekarang.
Wanita tua itu meletakkannya di pemanggang untuk dipanggang. Dia menunggu sejenak. Lalu dia kembali ke pemanggang. Baunya sangat enak. Dia menambahkan lapisan gula untuk rambut dan mulutnya. Dia menggunakan permen untuk mata dan chery itu kancing-kancingnya. Setelah selesai semua hidupplah manusia kue jahe. Wanita itu terkejut melihat manusia jahe berlari. Jangan makan aku. Dia berlari keluar jendela. Berhenti..berhenti. lari-lari secepat yang kau bisa. Tidak ada yang bisa menangkapku. Karena aku manusia kue jahe.
Wanita tau itu mengejarnya tapi tidak dapat menangkapnya dan manusia kue jahe terus berlari dan terus berlari. Berhenti... saat berlari seekor sapi melihatnya. Baumu sangat lezat kau dapat aku makan. Aku kabur dari wanita tua itu dan aku bisa kabur dari sapi gemuk sepertimu. Sudah pasti bisa. Dan sapi itu mulai mengejar manusia kecil itu. Tapi manusia kue jahe berlari cepat lari-lari cepat yang kau bisa. Tidak ada yang bisa menangkapku karena aku adalah manusia kue jahe.
Sapi itu terus mengejar kue jahe bersama dengan wanita tua, tapi dia tidak dapat menangkapnya. Manusia kue jahe terus berlari dan kemudian dia berjumpa dengan seekor babi. Kau terlihat lezat, aku ingin memakanmu sekarang. Coba lebih baik babi. Kau tidak dapat menangkapku. Aku kabur dari wanita tua, aku kabur dari seekor sapi dan sudah pasti kabur darimu. Lari-lari secepat yang kau bisa. Tidak ada yang bisa menangkapku karena aku adalah manusia kue jahe. Tapi dia tidak bisa menangkapnya. Manusia kue jahe berlari dan terus berlari ayam betina melihatnya. Oh.. ada makanan aku harus memberikannya kepada anakku. Lalu ayam betina berlari di belakang manusia kue jahe. Kau terlihat lezat untuk makan malam. Aku akan mambawamu pulang ke rumah untuk anankku tuan manusia kue jahe. Aku kabur dari seekor sapi, aku kabur dari seekor babi, dan aku bisa kabur dari makhluk kecil, aku bisa lari-lari secepat yang kau bisa. Tidak ada yang bisa menangkapku karena aku adalah manusia kue jahe.
Sang ayam megejar manusia kue jahe besama dengan yang lainnya, tetapi dia tidak dapat menangkapnya. Manusia kue jahe sangat bangga dengan dirinya. Sangat lambat sekali mereka ini. Setelah dia berlari dia melambat saat dia melihat seekor serigala sedang minum. Makanan lezat untuk perutku hari ini. Serigala itu pun mengejar manusia kue jahe. Hei... kau anak muda, bisakan kita berteman jika kau tidak keberatan? Ini pertama kalinya manusia kue jahe mendengar sesuatu seperti itu. Dia sangat senang. Baiklah nyonya serigala aku tidak keberatan tapi dengan satu syarat. Katakanlah tuan manusia kue jahe. Bisa kau abntu aku menyebrangi sungai ini. Baiklah anak muda kenapa tidak? Sang manusia kue jahe tentu saja sangat lega. Kemarilah tuan manusia kue jahe, naik ke punggungku aku akan bantu kau menyebrangi sungai. Manusia kue jahe naik ke punggung serigala, dan apa yang terjadi setelah serigala licik itu sampai di seberang sungai. Dia melemparkannya ke udara dan membuka mulutnya, dan dimasukkanlah manusia kue jahe itu. Benar... dia memang lezat sekali. Itulah akhir dari manusia kue jahe.

Setelah melihat data di atas, berikut ini adalah transkripsi fonetis perubahan bunyi nasalisasi yang di dapatkan dalam teks dongeng bahasa Indonesia “Manusia Kue Jahe”
[mәmpuñai]                       meN + punyai
[mәmaŋgaŋ]                      meN + panggang
[mәñiapkan]                      meN + siapkan
[mәnuŋgu]                         meN + tunggu
[mәnambahkan]                meN + tambahkan
[mәnaŋkapku]                   meN + tangkapku
[mәŋәjarña]                       meN + kejarnya
[mәŋәjar]                           meN + kejar
[mәnaŋkap]                       meN + tangkap
[mәñәbraŋi]                       meN + sebrangi

Kata “mempunyai” memiliki kata dasar “punya” terdapat proses nasalisasi bilabial yaitu fonem [p] pada kata dasar tersebut berubah menjadi “mempunyai”. Nasalisasi bilabial juga terdapat pada kata “memanggang”.
Kata “menambahkan” memiliki kata dasar dasar “tambah”. Terdapat proses nasalisasi laminoalveolar. Sehingga fonem [t] berubah bunyi menjadi “menambahkan”. Nasalisasi laminoalveolar juga terdapat pada kata “menangkap”.
Kata “menyiapkan” memiliki kata dasar “siap” terdapat proses nasalisasi laminoplatal. Fonem [s] pada kata dasar tersebut mengalami perubahan bunyi menjadi “menyiapkan”. Nasalisasi laminopalatal juga terdapat pada kata “menyebrangi”.

PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan bunyi yang dihasilkan dari dongeng bahasa Indonesia “Manusia Kue Jahe” yaitu nasalisasi. Dari uraian makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nasalisasi adalah proses merubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Penambahan pada fonem yang dinasalkan harus sama dengan daerah basis artikulasinya. Dalam melafalkan suatu fonem, tidak bisa seenaknya saja. Pelafalan suatu fonem yang mengalami nasalisasi tentunya juga harus memperhatikan kaidah-kaidah dan daerah titik artikulasinya. Dalam nasalisasi juga terdapat konsonan yang tidak bersuara (luluh) dan ada pula konsonan yang besuara (tidak luluh).




DAFTAR RUJUKAN
Chaer, A. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online). (www.kbbi.web.id/nasalisasi), diakses 6 Mei 2017.
Keraf, G. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores:Nusa Indah.
Marsono. 1993. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Muslich, M. 2015. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara
Nasalisasi. (Online). (www.wikipedia.org/wiki/Nasalisasi), diakses 7 Mei 2017.