LAPORAN HASIL DISKUSI
PEMAHAMAN PUISI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Membaca Sastra
Yang dibina oleh Dra. Hj. Ida Lestari, M.Si
Oleh
Rizkiatul Nur Indah Sari (160211601806)
Rosita Agus Trisnawati (160211601850)
Tangguh Murdaning Rat (160211600123)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
Maret 2017
Surat Kepada
Bunda
W.S Rendra
W.S Rendra
Mama yang tercinta /
Akhirnya / kutemukan juga jodohku /
Seseorang / yang bagai kau /
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara /
Serta sangat menyayangiku /
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku /
Hendaknya berhenti gemetar rusuh /
Hatimu yang baik itu /
Yang selalu mencintaiku /
Kerna kapal yang berlayar /
Telah berlabuh dan ditambatkan /
Dan sepatu yang berat / serta nakal /
Yang dulu biasa menempuh /
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan /
Dalam hidup lelaki yang kasar / dan sengsara /
Kini telah aku lepaskan /
Dan berganti / dengan sandal rumah /
Yang tenteram, / jinak dan sederhana /
Mama //
Burung dara jantan yang nakal /
Yang sejak dulu kau piara /
Kini terbang / dan telah menemu jodohnya /
Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan /
Dan tiada akan pulang /
buat selama-lamanya /
Ibuku / Aku telah menemukan jodohku /
Janganlah kau cemburu /
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti /
Pada waktunya, / aku mesti kaulepaskan pergi /
Begitu kata alam. /
Begitu kaumengerti /
Bagai dulu bundamu melepas kau /
Kawin dengan ayahku. / Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya /
Untuk mengawinimu /
Tentu sangatlah berat /
Tetapi itu harus. / Mama! [^^]
Dan akhirnya tak akan begitu berat /
Apabila telah dimengerti /
Apabila telah disadari /
Hari Sabtu / yang akan datang /
Aku akan membawanya kepadamu /
Ciumlah kedua pipinya /
Dan panggillah ia / dengan kata: Anakku! [^^]
Bila malam telah datang /
Kisahkan padanya /
Riwayat para leluhur kita /
Yang ternama / dan perkasa /
Dan biarkan ia nanti /
Tidur di sampingmu /
Ia pun anakmu /
Sekali waktu nanti /
Ia akan melahirkan cucu-cucumu /
Mereka akan sehat-sehat / dan lucu-lucu /
Dan kepada mereka /
Ibunya akan bercerita /
Riwayat yang baik / tentang nenek mereka /
Bunda bapak mereka /
Ciuman abadi /
Dari anak lelakimu yang jauh. /
A. Unsur intrinsik
·
Tema
Tema dalam puisi Surat Kepada
Bunda ini adalah restu seorang ibu.
Rendra dalam puisi Surat Kepada Bunda mengisahkan kehidupan yang dialami seorang anak laki-laki yang telah menemukan jodohnya dan meminta izin kepada ibunya untuk menikahi kekasihnya serta agar ibunya dapat menyayangi menantunya seperti menyayangi anaknya sendiri.
Rendra dalam puisi Surat Kepada Bunda mengisahkan kehidupan yang dialami seorang anak laki-laki yang telah menemukan jodohnya dan meminta izin kepada ibunya untuk menikahi kekasihnya serta agar ibunya dapat menyayangi menantunya seperti menyayangi anaknya sendiri.
·
Tipografi
Berdasarkan jenis tipografinya,
puisi diatas termasuk jenis puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris
dan bait yang tidak sama. Alasannya, pada puisi tersebut pengarang masih
menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan penyusunan kata meskipun
baris dan baitnya tidak sama.
·
Diksi
Dalam puisi ini Rendra paling
dominan menggunakan kata-kata yang memiliki makna denotatif. Pemakaian kata-kata yang bermakna
konotatif dalam puisi Surat Kepada Bunda ini, antara lain terdapat pada :
Karena kapal
yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Telah berlabuh dan ditambatkan
Kata-kata diatas dapat diartikan sebagai hati
seorang (kapal) yang sudah sekian lama mencari tambatan hati yang tepat (yang
berlayar) dan sekarang sudah menemukan orang yang menurutnya sangat tepat untuk
dijadikan seorang istri (telah berlabuh dan ditambatkan).
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana
Kata-kata diatas berarti seorang anak yang nakal
(sepatu yeng berat serta nakal) yang selalu melakukan sesuatu yang membuat
ibunya selalu khawatir(yang dulu biasa menempuh jalan-jalan yang
menghawatirkan), dan sekarang telah berubah menjadi orang yang baik dan selalu
mendatangkan ketentraman.
Burung dara
jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Kata-kata
diatas dapat diartikan seorang anak lelaki (burung jantan nakal) yang dirawat
sejak kecil (yang dulu kau pelihara) dan sekarang telah menemukan jodohnya
sehingga ia harus meninggalkan rumah orang tuanya (kandang yang kau buatkan).
·
Gaya bahasa
Gaya bahasa atau majas yang
digunakan Rendra dalam puisi Surat Kepada Bunda kebanyakan menggunakan kata
yang bersifat denotatif, karena mudah dipahami. Puisi ini juga menggunakan kata
konotatif karena banyak mengandung arti dan yang mewakili keseluruhan puisi
yaitu terdapat padakutipan berikut ini :
“Karena kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.”
“Burung dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kaupiara”
telah berlabuh dan ditambatkan.”
“Burung dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kaupiara”
·
Bahasa Kias
Bahasa kias atau majas adalah suatu
alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi dalam bentuk bahasa
dengan gaya yang mempesona Dalam puisi ini menggunakan majas :
1.
Personifikasi
Yang mengungkapkan adanya gaya bahasa personifikasi
adalah :
a.
Begitu kata
alam begitu kau mengerti
b.
Bila malam
telah dating
c.
Hari yang
sabtu akan dating
2.
Hiperbola
Yang menunjukkan gaya bahasa hiperbola nampak sebagai
berikut:
a. Hendaknya berhenti gemetar rusuh
b. Hatimu yang baik itu
c.
Riwayat para
leluhur kita
d.
Yang ternama
dan perkasa
e.
Ciuman abadi
f.
Dari anak
lelakimu yang jauh
·
Rima
Rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang
bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini,
pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Mama yang
tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Pada
bait ini memiliki rima a-b-b-a-b
·
Nilai-nilai
a. Nilai
Sosial.
Contohnya pada bait :
Contohnya pada bait :
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
b. Nilai Budaya
Contohnya pada bait :
Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
Bagai dulu bundamu melepas kau
Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mama!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Begitu kaumengerti
Bagai dulu bundamu melepas kau
Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
Untuk mengawinimu
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mama!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
·
Amanat
Amanat yang terkandun dalam puisi “Surat Kepada Bunda”
antara lain :
1. Hendaknya
kita mengatakan segala-sesuatu dengan sejujur-jujurnya kepada Ibu
sebagai orang tua kita. Seperti pada bait :
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
2.
Jika memilih pendamping hidup
pilihlah yang baik budi pekertinya. Terlihat pada bait:
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku.
Serta sangat menyayangiku.
3. Seorang Ibu hendaknya mau memberikan restu ketika
anaknya telah menemukan jodohnya. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut
ini:
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
4. Hendaklah
seorang Ibu menyayangi menantunya seperti halnya ia menyayangi anak kandungnya
sendiri. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut ini:
….
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata : Anakku!
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata : Anakku!
·
Kata Konkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal
kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan
kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan, dll.
Contohnya
Contohnya
Kerna kapal yang berlayar
Dan sepatu yang berat serta nakal
Dan berganti dengan sandal rumah
Burung dara jantan yang nakal
B. Unsur Ektrinsik
·
Biografi penulis
Willibrordus Surendra Broto Rendra
(lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki
sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta
pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah
beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah
anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina
Ismadillah.
Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya
Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan
Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau
kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari
karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya
terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris,
Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di
luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan
1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner
Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts
(1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989),
World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Untuk
kegiatan seninya Rendra telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah
Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah
Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975);
Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ;
Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan
Achmad Bakri (2006). Karya Sajak/Puisi W.S. Rendra, Jangan Takut Ibu, Balada
Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak), Empat Kumpulan Sajak,Rick dari Corona,
Potret Pembangunan Dalam Puisi,Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!,
Nyanyian Angsa, Pesan Pencopet kepada Pacarnya, Rendra: Ballads and Blues Poem
(terjemahan), Perjuangan Suku Naga, Blues untuk Bonnie, Pamphleten van een
Dichter, State of Emergency, Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api,
Mencari Bapak,Rumpun Alang-alang, Surat Cinta, Sajak Rajawali,Sajak Seonggok
Jagung.
·
Makna
Sebuah rangakaian kata dari Rendra
sebagai seorang anak yang telah menemukan pujaan hatinya dan berusaha
mengungkapkan niat tulus kepada sang bunda agar bersedia tuk merestui dan menerima
sang calon istri yang diidam-idamkan sejak lama.
SAJAK PUTIH
Karya : Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi /
Kau depanku bertudung sutra senja /
Di hitam matamu / kembang mawar dan melati /
Harum rambutmu / mengalun bergelut senda //
Sepi menyanyi / malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa /
Dan dalam dadaku / memerdu lagu /
Menarik menari seluruh aku //
Hidup dari hidupku / pintu terbuka /
Selama matamu / bagiku menengadah /
Selama kau darah / mengalir dari luka /
Antara kita Mati / datang tidak membelah//
A. Unsur
Intrinsik
Struktur
Fisik Puisi
·
Diksi
Diksi merupakan makna kiasan yang harus dipahami
secara seksama dan menyeluruh.
Puisi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat
tulus dan jujur.
Pada bait I
Pada bait I
1.
“Warna
pelangi” adalah gambaran hati seorang pemuda yang sedang
senang;
senang;
2.
“Bertudung
sutra senja” yang dimaksud adalah pada sore hari;
3.
“Di hitam
matamu kembang mawar dan melati” yang di maksud
adalah bola matanya yang indah.
adalah bola matanya yang indah.
Pada bait II
1.
“Sepi
menyanyi” yang di maksud adalah memohon (do’a) kepada
Allah;
Allah;
2.
“Muka kolam
air jiwa” yang di maksud adalah bersedih hati;
3.
“Dadaku
memerdu lagu” yang di maksud adalah berkata dalam hati;
4.
“Menari
seluruh aku” menggambarkan rasa kegembiraan.
Pada bait III
1.
“Hidup dari
hidupku, pintu terbuka” menggambarkan bahwa si aku
merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar;
merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar;
2.
“Selama
matamu bagiku menengadah” merupakan kiasan bahwa si
gadis masih mencintai si aku, mau memandang wajah si aku;
gadis masih mencintai si aku, mau memandang wajah si aku;
3.
“Selama kau
darah mengalir dari luka” yang di maksud adalah hidup
si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar;
si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar;
4.
“Antara kita
Mati datang tidak membelah” menggambarkan sampai
kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan
terpisahkan.
kematian tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan
terpisahkan.
·
Citraan
Berperan
untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca melalui ungkapan tidak
langsung.
1.
Citraan
visual (penglihatan) terlihat pada baris kedua dan kedelapan yaitu “Kau
depanku dan menarik menari”.
2.
Citraan
indera (pencium) terlihat pada bait keempat yaitu “Harum rambutmu”.
3.
Citraan
indera (pendengaran) terlihat pada baris kelima yaitu “Sepi menyayi”.
·
Kata-kata konkret
Pada puisi
ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata konkret yang dapat membangkitkan
citraan seperti penglihatan, penciuman, pendengaran. Kata-kata konkret tersebut
sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun dari pembaca.
Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsur-unsur puisi
secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan penyair.
·
Gaya Bahasa (Majas)
Dalam puisi “Sajak Putih” gaya
bahasa (majas) yang muncul yaitu:
1.
Pada baris ketiga bait pertama,
yaitu “Dihitam matamu kembang mawar dan
melati”, merupakan majas metafora
yang bersifat membandingkan sesuatu secara langsung. Mawar dan melati yang
mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik, biasanya mawar itu berwarna
merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi
dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat.
2.
Majas
repetisi pada baris kesembilan bait ketiga, yaitu terjadi
pengulangan kata, “Hidup dari hidupku”,
menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan.
3.
Pada baris 1 bait 1 yaitu, “Tari warna pelangi” merupakan bahasa
kiasan personifikasi yang
menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “Rambutmu mengalun bergelut senda” juga
menggunakan bahasa kiasan personifikasi.
4.
Dalam bait kedua baris pertama, “Sepi menyanyi” adalah personifikasi karena mereka berdua
tidak berkata-kata, suasana begitu khusuk seperti waktu malam untuk mendoa
tiba. Dalam keadaan diam itu, jiwa si akulah yang berteriak seperti air kolam
kena angin.
·
Rima dan ritma
Puisi “Sajak Putih” secara keseluruhan didominasi
dengan adanya vokal /a/, /i/, dan /u/. Asonansi vokal /a/ terdapat pada baris
puisi yaitu baris 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, dan 12. Misalnya:
Asonansi vokal (a)
Asonansi vokal (a)
“Kau
depanku bertudung sutra senja” (baris kedua bait pertama).
“Harum rambutmu mengalun bergelut senja” (baris keempat bait pertama).
“Harum rambutmu mengalun bergelut senja” (baris keempat bait pertama).
Asonansi vokal (i)
“Bersandar
pada tali warna pelangi” (bait pertama baris pertama).
“Dihitam matamu kembang mawar dan melati” (bait pertama baris ketiga).
“Dihitam matamu kembang mawar dan melati” (bait pertama baris ketiga).
Dari asonansi vokal diatas dapat disimpulkan bahwa
puisi ini mempunyai irama yang tepat dan beraturan yakni irama vokal i i a a.
·
Tema
Tema dalam puisi “Sajak Putih”
adalah “Percintaan”. Dalam puisi Sajak Putih menceritakan seorang gadis yang
sangat cantik yang mempunyai cinta yang sangat tulus dan memikat terhadap
seorang pria yang membuat pria tersebut merasa terharu dan tertarik terhadapnya.
Tetapi kedua insan tersebut belum ada kesiapan untuk saling menyatakan
perasaannya masing-masing, mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata yang
diucapakn, mereka hanya berbicara didalam hatinya masing–masing, tetapi si pria
tersebut mempunyai banyak harapan bahwa gadis tersebut mencintainya. Kedua
insan tersebut berjanji bahwa sampai kapanpun mereka tak akan terpisahkan.
·
Amanat
Dalam puisi ini amanat yang
disampaikan oleh penyair adalah bahwa jika kita mencintai seseorang harus
berani untuk menyatakaan perasaan kita masing-masing, menerima segala kelebihan
dan kekurangan pasangan kita, dan berusahalah untuk selalu mencintai dan ada
disisinya sampai hembusan nafas terakhir
B. Unsur
Ekstrinsik
·
Latar Belakang
Sajak putih
adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar yang sarat akan nilai-nilai romantika.
Ketulusan, kejujuran dan keikhlasan seorang pujangga dalam romantika cinta
tersirat jelas di sini. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis
kepada kekasih yang sangat dipujanya pada pandangan pertama. Chairil anwar
menggambarkan gelora hati ‘Aku’ terhadap seorang gadis yang mencuri hatinya
dengan keindahan sore yang berpelangi itu. Begitu indah, menyenangkan namun
juga mencemaskan karena akan berakhir senja yang sepi dan gelap. Chairil
mengilustrasikan keindahan cinta dengan kembang mawar yang diharapkan bertemu
dengan ketulusan hati si gadis yang diilustrasikan dengan melati, sangat indah
dan menarik mencari dan menafsirkan teka-teki romantika cinta di balik puisi
sajak putih Chairil Anwar ini.
Chairil
Anwar selalu menyimpan semangat dan optimisme dalam puisinya, termasuk dalam
sajak putih ini. Meski di bagian tengah puisi digambarkan bahwa romantika cinta
antara ‘Aku’ dan si gadis hanya sebatas kekaguman saat melihat satu sama lain,
tidak ada pembicaraan cinta dan rayuan yang terucap, tidak ada janji bertemu di
berikan, hanya tatapan mata yang menyiratkan kekaguman yang menjadi pegangan.
Namun ‘Aku’ tetap optimis bahwa ada masa yang akan mempersatukan mereka dalam
kisah cinta yang suci.
Akan ada harapan,
demikian akhir yang dikiaskan oleh Chairil dalam puisi ini. Hal ini sangat
terlihat pada cuplikan kalimat berikut “Selama matamu bagiku menengadah”. Begitulah
ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar. Chairil seakan berpesan pada pembacanya,
bahwa selalu ada harapan selama usaha dan doa bersanding dalam langkah kaki
kita.
·
Makna Puisi “Sajak Putih”
Dalam puisi
sajak putih digambarkan gadis si aku pada suatu senja hari yang indah ia duduk
dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit
senja yang indah penuh dengan macam-macam warna. Gadis itu bertudung sutra
diwaktu haru sudah senja. Sedangkan rambut gadis itu yang harum ditiup angin
tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam mata gadis yang hitam kelihatan
bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan
sesuatu yang indah dan menarik . Suasana pada saat itu sangat menyenangkan,
menarik dan penuh keindahan yang membuat si aku haru dengan semua itu.
Dalam pertemuan
kedua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang menggambarkan tidak
ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya diam tanpa ada sepatah kata yang
diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang berkata dan
tidak keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti
hanya permukaan kolam yang terisa air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan
diam tanpa kata itu, didalam dada si aku terdengar lagu yang merdu yang
menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan itu digambarkan dengan menari seluruh
aku.
Hidup dari
hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan
kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yang pasti bisa
diwujudkan selama gadis kekasihnya masih menengadahkan mukanya ke si aku. Ini
merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si aku, mau memandang kemuka si
aku.
Begitu juga
hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar, dikiaskan dengan
darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematian tiba pun keduanya masih mencintai,
dan tidak akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara
hati si aku. Putih mengiaskan ketulusan kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak
putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur.